Suara.com - Beberapa waktu lalu hasil penelitian Universitas Oxford menunjukan bukti kuat bagaimana Covid-19 bisa membuat otak menyusut, melalui pemeriksaan brain imaging (MRI) sebelum dan sesudah terinfeksi Covid-19.
Hal ini dibenarkan dokter spesialis saraf, dr. Yonathan Andrian Suparman, Sp.S. Kata Suparman, Covid-19 bukan hanya menyerang saluran napas dan paru, tapi juga bisa menyerang organ lain termasuk otak.
"Kalau menurut saya itu sangat wajar, karena walaupun Covid-19 dikaitkan dengan paru, tapi Covid-19 mengenai semua, baik itu otak, jantung pembuluh darah dan lain sebagainya. Jadi sangat wajar kalau Covid-19 menganggu kinerja otak," ujar Suparman saat berbincang dengan Suara.com beberapa waktu lalu.
Berbeda dengan organ lain, lanjutnya, saat otak mengalami kerusakan seperti menyusut, maka otak tidak akan kembali pada bentuk semula dan tidak bisa memulihkan diri.
Baca Juga: Moeldoko Ibaratkan Kasus Covid-19 Seperti Balon: Tekan di Sini, Muncul Lagi di Sana
"Kalau tangan kita ada luka ditusuk pisau atau apa, tutup nanti dia balik seperti biasa. Kalau otak kita ditusuk ada luka, dia tetap akan bolong, dia tidak bisa menjadi otak seperti awal tadi," terang dr. Yonathan Suparman.
Sehingga apabila Covid-19 menyebabkan kerusakan atau memengaruhi bentuk otak, ia pesimis otak akan kembali seperti sediakala meski ditunggu hingga beberapa tahun lamanya.
"Kalau lihat dari secara teori, discan lagi otaknya tiga tahun atau lima tahun, balik normal? Kemungkinan besar sepertinya tidak. Kalau memang sudah mati otak kemungkinan tidak bisa balik lagi," jelas dokter yang berpraktik di RS Eka Hospital Cibubur itu.
Meski begitu, ia meminta masyarakat untuk tidak perlu khawatir fungsi otak akan terganggu seperti telat mikir alias lemot dan bodoh. Mengingat meski ukuran otak mengecil, tapi fungsi otak tidak akan banyak terganggu.
"Otak seseorang kemungkinan hanya setengahnya daripada sebelumnya, tapi tidak menutup kemungkinan IQ atau kepintarannya lebih baik atau sama dengan yang normal," pungkas dr. Yonathan Suparman.
Baca Juga: Nakes di Jakarta Mulai Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga, Anies: Bulan Ini Selesai
Peneltian Universitas Oxford: Covid-19 Bikin Bentuk Otak Menyusut
Sebelumnya, penelitian yang diterbitkan The Preprint Server for Health Sciences, pada 20 Juni 2021 lalu, menggunakan data UK Biobank yang sudah memindai kepala 40.000 orang sebelum pandemi Covid-19.
Peneliti menggunakan data itu untuk mengundang ratusan peserta untuk kembali melakukan pemindaian MRI untuk kedua kalinya pada 2021, setelah pandemi Covid-19 melanda.
Selanjutnya mendapati 782 orang mengikuti pemeriksaan ulang dengan MRI, untuk mencari tahu bentuk atau struktur dan fungsi kinerja otak.
Dari 782 orang yang mengikuti pemeriksaan ulang, 394 peserta di antaranya mengaku pernah dinyatakan positif Covid-19, dan 388 orang belum pernah terinfeksi Covid-19.
Setelahnya peneliti membandingkan hasil pemeriksaan peserta yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 dan yang belum terinfeksi.
Hasilnya peneliti mendapati peserta yang sudah pernah terinfeksi Covid-19, dari sisi struktur atau bentuk otak mereka kehilangan salah satu bagian di gyrus parahippocampal di sebelah kiri, korteks orbitofrontal lateral kiri, dan insula kiri.
Gyrus parahippocampal merupakan bagian yang sangat berperan untuk otak menerima informasi pengetahuan atau kemampuan kognitif. Lalu korteks orbitofrontal berfungsi mengatur perilaku sosial dan pengambilan keputusan.
Selanjutnya peneliti juga membandingkan data pemeriksaan pada 15 pasien Covid-19 yang sempat dirawat di rumah sakit, dengan 379 pasien Covid-19 yang hanya menjalani isolasi mandiri di rumah.
Hasilnya, meski tidak signifikan, terdapat kehilangan lebih besar di otak bagian korteks cingulate,
nukleus pusat amigdala dan hipokampus kornu ammonis.
Korteks cingulate adalah bagian di otak sebagai penghubung keinginan, pengetahuan dan emosi.
Amigdala adalah bagian otak yag berperan dalam mengolah ingatan terhadap reaksi emosi, dan hipokampus adalah bagian di otak yang berperan penting dalam mengingat informasi baru.
Dalam penelitian tersebut juga ditemukan rerata pasien Covid-19 mengalami kehilangan salah satu materi bagian di otak kortikal limbik, yang berhubungan dengan penciuman dan pengecapan.