BOR di Rumah Sakit Turun Namun Angka Kematian Pasien Covid-19 Masih Tinggi

Rabu, 04 Agustus 2021 | 21:42 WIB
BOR di Rumah Sakit Turun Namun Angka Kematian Pasien Covid-19 Masih Tinggi
Ilustrasi pasien Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keterisian tempat tidur di rumah sakit alias Bed Occupancy Rate atau BOR oleh pasien Covid-19 telah menurun dalam sepekan terakhir. Namun penurunan itu tidak diikuti dengan jumlah angka kematian harian.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penurunan BOR menjadi salah satu parameter baik dalam penanganan wabah. Namun, pemerintah juga masih mengidentifikasi penyebab kematian pasien Covid-19 yang masih tinggj dalam beberapa pekan terakhir.

Data Kemenkes per 2 Agustus 2021, dari total kasus aktif Covid-19 sebanyak 523.164 kasus, hanya 14,8 persen atau sekitar 77.922 kasus aktif yang dirawat di rumah sakit.

"Berarti lebih dari 80 persen kasus aktif ini ada di masyarakat, baik yang saat ini sedang menjalani isolasi mandiri," kata Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi dalam konferensi pers daring, Rabu (4/8/2021).

Baca Juga: Kematian Pasien Covid-19 di Jawa Tengah Tertinggi Nasional Pada Juli

Berdasarkan hasil evaluasi PPKM level 4, pemerintah memperkirakan bahwa ada beberapa faktor penyebab kematian pasien Covid-19 masih tinggi. Di antaranya terjadi ketika pasien tiba di unit gawat darurat namun sudah dalam kondisi terlalu berat.

Menurut Nadia, sebagian pasien belum mengenali tanda kegawatan gejala, sehingga terlambat mendapatkan perawatan rumah sakit rujukan Covid-19.

"Terutama terjadi juga pada kelompok pasien yang berusia lanjut. Oleh karena itu untuk menekan angka kematian tersebut, perlu dilakukan pemantauan isolasi. Penentuan apakah seseorang yang positif untuk menjalani isolasi mandiri atau isolasi terpusat harus dilakukan oleh petugas kesehatan. Sehingga jika muncul tanda kegawatan dapat segera dirujuk ke rumah sakit terdekat," papar Nadia.

Ia menambahkan, perlu dipastikan juga tracing kontak erat pasien yang berisiko tinggi tertular agar menjalani karantina minimal 5 hari. Ditambah juga dengan memperkuat sistem rujukan sampai ke level terkecil seperti RT dan RW.

"Ingat, saat ini kita sedang berperang melawan varian Delta yang merupakan varian baru Covid-19. Kita juga harus selalu waspada bila gejala sesak muncul saat kita melakukan isolasi mandiri. Segera datangi fasilitas isolasi terpusat dan jangan ditunda," pungkas Nadia.

Baca Juga: Risiko Kematian Pasien Covid-19 Bergeser dari Lansia ke Usia Produktif

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI