Berhenti Merokok Bisa Turunkan Risiko Kematian Pada Pasien Depresi? Ini Kata Peneliti

Rabu, 04 Agustus 2021 | 17:29 WIB
Berhenti Merokok Bisa Turunkan Risiko Kematian Pada Pasien Depresi? Ini Kata Peneliti
Ilustrasi berhenti merokok. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Risiko kematian yang menghantui pasien depresi bisa turun dengan berhenti merokok. Benarkah demikian?

Baru-baru ini, temuan dari tim peneliti Yale School of Public Health menyebut risiko bunuh diri pasien depresi bisa berkurang dengan berhenti merokok. Benarkah demikian?

Temuan dari peneliti menyebut berhenti merokok dapat menyelamatkan lebih dari 125.000 nyawa dalam 80 tahun ke depan. Jumlah ini bisa melonjak menjadi 203.000 orang, jika skala diperluas bagi pasien yang belum melakukan perawatan kesehatan mental.

Melansir dari Medical Express, peneliti menggarisbawahi potensi manfaat berhenti merokok, pada populasi yang terimbas dampak buruk penyakit yang berhubungan dengan tembakau. Ini juga adalah studi pertama yang mencoba melihat efek terapi berhenti merokok pada perawatan kesehatan mental.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Saat Ini Usia Remaja Rawan Depresi

Untuk membangun model studi ini, para peneliti menggunakan data 10 tahun yang dimiliki National Survey On Drug Use and Health. Kemudian, para peneliti menggunakan model ini untuk melihat efektivitas pengobatan berhenti merokok di masa depan, juga menilai bagaimana variasi tersebut memengaruhi tingkat adopsi pengobatan yang berbeda selama 80 tahun ke depan.

Ilustrasi depresi (shutterstock)
Ilustrasi depresi (shutterstock)

Para peneliti mengungkapkan, kematian bisa turun hingga 32.000 pada tahun 2100, jika jumlah besar ini diikuti dengan pengobatan depresi sekaligus pengobatan berhenti merokok.

Dengan 100 persen pemanfaatan layanan kesehatan mental dan pengobatan berhenti merokok dengan obat, jumlah potensi nyawa yang bisa diselamatkan bisa meeningkat menjadi 203.000 populasi.

“Kami sudah lama mengetahui bahwa orang dengan depresi dan aktif merokok lebih banyak daripada populasi umum. Dan pengaturan perawatan kesehatan mental, seringkali tidak memiliki pengobatan berhenti merokok sebagai bagian dari perawatan standar,” ungkap profesor dan penulis studi utama, Jamie Tam, PhD.

Studi yang terbit di Americcan Journal of Preventive Medicine ini mengungkapkan bahwa kombinasi pengobatan berhenti merokok dan perawatan kesehatan mental bisa menjadi cara terbaik mencegah kematian pada pasie depresi.

Baca Juga: Warga Jombang Akhiri Hidup di Sumur, Depresi Istri Meninggal Terpapar Covid-19

Para peneliti menjelaskan, hasil model ini sejalan dengan apa yang sudah diprediksi sejak lama oleh para ahli kesehatan masyarakat, bahwa terapi berhenti merokok bisa menjadi bagian rutin dari perawatan kesehatan mental.

Studi a juga menunjukkan, perawatan berhenti merokok yang kurang optimal bisa membuat dampak yang cukup besar pada kualitas hidup mereka, sehingga pasien lebih lama hidup dengan depresi.

“Selain mengurangi risiko kematian dini, berhenti merokok bisa meningkatkan kualitas hidup sekaligus produktivitas,” tambah Jamie Tam.

Studi menyimpulkan, perawatan sementara yang ada seperti terapi penggantian nikotin, varenicline, dan bupropion, dapat meningkatkan pasien berhenti merokok sebesar 60 persen. Keuntungan ini akan lebih besar jika perawatan ini lebih efektif di masa mendatang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI