4 Mitos Pola Makan Atlet yang Ramai Beredar

Selasa, 03 Agustus 2021 | 11:45 WIB
4 Mitos Pola Makan Atlet yang Ramai Beredar
Ilustrasi diet (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rasa bangaga kini telah menyelimuti masyrakat Indonesia, usai atlet bulutangkis ganda putri Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berhasil menyabet medali emas di Olimpiade Tokyo 2020.

Selain program latihan yang teratur, pencapaian mereka bisa dipastikan terdapat pola makan dan aturan diet kesehatan yang harus dipatuhi untuk menunjang stamina saat pertandingan.

Tapi tahu nggak sih, kalau dalam pola makan atlet beredar mitos, yang justru jadi bumerang untuk kesehatan mereka.

Berikut 4 mitos aturan makan atlet lengkap dengan penjelasannya, mengutip buku 'Makanan Sehat untuk Atlet' karya dr. Creig Hoyt, et al, diterjemahkan Lala Herawati Dharma, diterbitkan Nuansa Cendekia, Januari 2019.

Baca Juga: Air Mata Takjub Legenda Bulutangkis Atas Capaian Emas Greysia dan Apriyani di Olimpiade

1. Atlet harus minum susu

Seorang perempuan minum susu. [shutterstock]
Seorang perempuan minum susu. [shutterstock]

Ini adalah mitos yang tidak benar. Berdasarkan hasil riset, kelebihan protein dalam tubuh termasuk yang diperoleh dari susu bisa menjadi racun.

Alasan lain, susu yang berasal dari sapi memiliki keseimbangan asam amino yang berbeda untuk kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan manusia. Alih-alih susu sapi, susu kambing justru lebih mendekati ideal dan menjawab kebutuhan manusia.

Terakhir, tidak semua orang memiliki enzim pencernaan yang bisa mencerna susu, yang alhasil ia justru mengalami masalah pencernaan.

2. Atlet butuh makan roti

Baca Juga: Trik Sederhana Atur Pola Makan Agar Produktivitas Jalan Terus

Ini hanyalah mitos semata. Sama seperti susu tidak semua orang bisa mencerna protein yang terkandung dalam gandum. Ini karena gandung adalah  makanan kombinasi pati dan protein, yang membutuhkan enzim-enzim pencernaan khusus untuk mengolahnya secara bersamaan.

Banyak kelompok ras yang belum terbiasa mengonsumsi jenis makanan ini, seperti orang timur dan kulit hitam yang lebih terbiasa dengan nasi putih atau nasi merah.

3. Sarapan daging adalah yang terbaik pada hari pertandingan

Jangan terlalu menganggap serius mitos ini, karena daging dalam perut setidaknya memerlukan waktu selama 4 jam untuk mengolahnya.

Ini karena tubuh butuh waktu lama untuk mencerna pakan sapi dalam yang mengandung urea (pupuk kimia) membuat tubuh harus bekerja ekstra keras. Padahal tubuh sudah berjuang menghadapi latihan yang berat sebelum pertandingan.

"Protein daging sangat lambat untuk diubah menjadi gula yang jadi sumber energi. Jadi sebagai makanan sebelum pertandingan, daging tidak banyak membantu," tutur dr. Hoyt.

4. Permen memberi tambahan energi

Ilustrasi permen (unsplash)
Ilustrasi permen (unsplash)

Ungkapan ini bisa dibenarkan, tapi di satu sisi permen juga bisa membuat Anda jadi lemas dengan sangat cepat. Permen bisa menambah energi atlet hanyalah mitos yang dihembuskan industri makanan, padahal bisa membuat tubuh lemas seketika.

Itulah mengapa permen harus dibatasi. Kinerjanya serupa dengan gula putih yang memang bisa dengan mudah dicerna tubuh. Tapi di satu sisi membuat gula darah naik dengan cepat dan drastis, yang alhasil tubuh memproduksi insulin dalam jumlah banyak, untuk mengolah gula yang dipikir jumlahnya sangat banyak.

Padahal di saat bersamaan jumlah gula dalam darah berkurang drastis dan tubuh kembali lemas karena kekurangan gula, padahal insulin sudah banyak diproduksi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI