![Calon penumpang meniup kantong nafas saat mengikuti tes deteksi COVID-19 dengan metode Gajah Mada Electric Nose COVID-19 (GeNose C19) di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (24/3/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/03/24/70865-tarif-tes-genose-naik-jadi-rp30-ribu.jpg)
Tes GeNose awalnya dilakukan sebagai syarat untuk bepergian dengan kereta api. GeNose merupakan hasil inovasi dari tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM).
Cara Kerja
GeNose memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam membedakan pola senyawa yang didekteksi lewat hembusan napas.
Orang yang dites akan diminta untuk menghembuskan napas di kantung khusus.
Sebelum melakukan tes, pasien juga diminta untuk tidak merokok, puasa, dan tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang berbau khas selama kurang lebih 30-60 menit sebelum tes dilakukan.
Tingkat Akurasi
Akurasi GeNose diklaim sebesar 93-95 persen, dibandingkan dengan tes PCR atau antigen. Hasilnya pun bisa diketahui lebih cepat kurang lebih 3 menit.
Apabila pasien dinyatakan positif dari satu kali kantung napas, maka diduga kuat terinfeksi Covid-19. Sama seperti tes antigen, setelah tes GeNose dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk tes PCR.