Benarkah Bulu Hidung Bisa Lindungi Kita dari Virus? Begini Kata Ahli

Senin, 02 Agustus 2021 | 21:02 WIB
Benarkah Bulu Hidung Bisa Lindungi Kita dari Virus? Begini Kata Ahli
Ilustrasi hidung, bulu hidung. (Shutterstocks)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang mungkin tidak nyaman dengan adanya bulu hidung dan ingin membersihkannya. Tapi, bulu hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup untuk melindungi kita dari infeksi oleh virus di udara, bakteri dan patogen lainnya.

Secara medis, bulu hidung dikenal sebagai vibrissae yang menawarkan perlindungan terhadap kuman menular dan sudah dipercaya selama lebih dari satu abad.

Pada tahun 1896, sepasang dokter di Inggris menulis dalam jurnal medis The Lancet bahwa bagian dalam dari sebagian besar rongga hidung normal adalah aseptik sempurna (steril).

Di sisi lain, vestibulum nares (lubang hidung), vibrissae yang melapisinya, dan semua krusta yang terbentuk di sana dipenuhi bakteri. Kedua fakta ini tampaknya menunjukkan bahwa vibrissae bertindak sebagai penyaring dan sejumlah besar mikroba tersaring oleh bulu hidung,

Baca Juga: Cegah Penularan Virus Corona ke Bayi Lewat ASI, Ini Cara Menyusui yang Aman

Kesimpulan para dokter Inggris ini mungkin terdengar logis. Tapi, tidak ada yang benar-benar mempelajari bahwa bulu hidung bisa memudahkan kuman menembus lebih dalam ke saluran pernapasan.

Ilustrasi bulu hidung. (Shutterstock)
Ilustrasi bulu hidung, bulu hidung. (Shutterstock)

Pada tahun 2011, para ahli baru mempelajari hubungan kepadatan bulu hidung dengan penyakit. Dalam sebuah penelitian terhadap 233 pasien yang diterbitkan di Arsip Internasional Alergi dan Imunologi, tim peneliti dari Turki menemukan bahwa orang dengan bulu hidung yang lebih lebat cenderung tidak menderita asma.

Para peneliti menghubungkan temuan ini dengan fungsi penyaringan bulu hidung. Pengamatan mereka menarik, tetapi itu adalah penelitian observasional yang tidak dapat membuktikan sebab dan Akibat. Selain itu, asma bukanlah infeksi.

Para peneliti juga tidak melakukan studi lanjutan untuk menyelidiki risiko lebih lanjut menghilangkan bulu hidung terhadap asma atau infeksi penyakit lainnya.

Para dokter di Mayo Clinic pun membutuhkan waktu hingga tahun 2015 untuk melihat efek menghilangkan bulu hidung pada kesehatan. Para peneliti mengukur aliran udara hidung pada 30 pasien sebelum dan sesudah memangkas habis bulu hidungnya.

Baca Juga: Cegah Virus Corona, Ini Vaksin Covid-19 yang Cocok Bagi Ibu Hamil

Hasilnya dilansir dari Indian Express, menghilangkan bulu hidung menyebabkan peningkatan ukuran subjektif dan objektif aliran udara hidung. Peningkatan terbesar terjadi pada mereka yang memiliki bulu hidung paling banyak.

Tetapi, apakah aliran udara hidung yang lebih baik berkorelasi dengan risiko infeksi penyakit yang lebih tinggi?

Sejauh ini, belum ada Penelitian mengenai hal tersebut secara langsung. Namun, Dr David Stoddard, penulis utama studi Mayo, menemukan partikel besar dari kotoran, bakteri atau virus yang tak sengaja terhirup akan terperangkap di bulu hidung.

Tapi, itu hanya partikel besar yang terjebak di bulu hidung. Sedangkan, partikel virus, bakteri atau kotoran yang lebih kecil bisa melewati bulu hidung dengan cara apapun.

Berdasarkan penelitian terbatas pada bulu hidung, tidak ada bukti bahwa memangkas atau mencukur bulu hidung meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI