Suara.com - Angka infeksi Covid-19 di seluruh dunia bertambah 529.141 dalam 24 jam terakhir. Sementara kasus kematian akibat Covid-19 dalam waktu yang sama juga bertambah sebanyak 8.771 jiwa.
Dikutip dari laman worldometers, total lebih dari 198,5 juta kasus Covid-19 yang telah tercatat di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 4,23 juta orang per Minggu (1/8/2021).
Di Myanmar, pandemi Covid-19 diperburuk dengan rumitnya konflik lokal di sana. Di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang, negara anggota ASEAN tersebut juga diselimuti kudeta politik dari militer sejak Februari lalu.
Karena kejadian tersebut, kasus penularan virus corona secara lokal makin sulit dikendalikan.
Baca Juga: Update 31 Juli: Bertambah 37.284 Orang, Kasus Positif Covid-19 Indonesia Capai 3.409.658
Seorang pejabat Doctors Without Borders menyebut, penyebaran 'komunitas yang tidak terkendali' terjadi akibat salah urus krisis oleh junta militer serta sektor kesehatan yang hampir kolaps.
Statistik resmi rezim militer mencatat sekitar 6.000 kasus baru dan 300 kematian per hari, tetapi tidak ada yang percaya data tersebut akurat.
Pada situs worldometer, kasus Covid-19 di Myanmar tercatat ada 299.185 kasus, terbanyak kelima di ASEAN. Sedangkan angka kematian mencapai 9.334 jiwa.
Para ahli banyak meragukan laporan tersebut sebab tingkat tes harian dilakukan sangat rendah. Hanya ada sekitar 15.000 tes Covid-19 yang dilakukan per hari di Myanmar.
Meski tes rendah, tingkat positif tetap naik sekitar 37 persen, atau 370 positif untuk setiap 1.000 orang yang dilakukan tes.
Baca Juga: Punya Kerabat sedang Jalani Isoman? 5 Ide untuk Meringankan Bebannya
Sementara itu, baru 2,8 persen, dari 54 juta penduduk Myanmar yang telah divaksinasi penuh. Sejumlah ahli khawatir Myanmar bisa menjadi negara penyebar super Covid-19.
Hal tersebut bisa menyebabkan munculnya varian baru, kata pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar.
"Ini sangat, sangat berbahaya untuk berbagai alasan. Ini adalah wilayah yang rentan terhadap penderitaan yang lebih besar karena Myanmar menjadi negara penyebar super," kata PBB dikutip dari Channel News Asia.
PBB mengatakan, badai sempurna Covid-19 menjadi faktor memicu krisis kesehatan yang semakin dalam.
Mulai dari, staf medis mogok sebagai bagian dari gerakan pembangkangan sipil melawan kudeta. Hingga, oksigen dan peralatan medis lainnya semakin mahal dan persediaannya terbatas.