Suara.com - Sebagai manusia yang beragama, umat Muslim perlu memahami bahwa pandemi Covid-19 merupakan cobaan dari Allah SWT.
Lewat cobaan juga bisa dibedakan mana hamba Muslim yang benar-benar beriman kepada Allah SWT atau sebaliknya.
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman lewat Q.S. Ali Imran ayat 179:
Maa kaanal laahu liyazaral mu'miniina 'alaa maaa antum 'alaihi hattaa yamiizal khabiisa minat taiyib; wa maa kaanal laahu liyutli'akum 'alal ghaibi wa laakinnal laaha yajtabii mir Rusulihii mai yashaaa'u fa aaminuu billaahi wa Rusulih; wa in tu 'minuu wa.
Baca Juga: Akhir Agustus, Hyundai Produksi Oksigen Kebutuhan Pasien COVID-19 di Indonesia
Artinya:
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang beriman menetapi kondisi yang kalian alami (sekarang, yaitu bercampurnya orang yang ikhlas beriman dan yang tidak ikhlas beriman), sehingga Allah akan memisahkan orang buruk (munafik) dari orang baik (mukmin).”
Ayat ini berkaitan saat terjadinya Perang Uhud, di mana salah satu dari peperangan tersebut adalah menguji keimanan umat Islam lewat cobaan saat perang.
Melansir dari Nu Online, setidaknya ada tiga hikmah cobaan di masa pandemi Covid-19 yang perlu umat Muslim tahu, seperti paparan berikut ini.
1. Menjadi cara pelebur dosa
Salah satu tujuan Allah SWT menurunkan cobaan adalah menjadi cara pelebur dosa bagi hamba-hamba-Nya. Semakin besar cobaan, maka semakin banyak pula dosa yang dileburkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan dengan semuanya itu Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya.” (Muttafaq ‘Alaih)
Baca Juga: Satgas Covid-19: Tantangan Pandemi di 2021 Lebih Berat Daripada Tahun 2020
2. Sebagai cara mengangkat derajat manusia
Saat Allah SWT menurunkan cobaan, adakalanya Allah SWT ingin mengangkat derajat hamba-Nya. Hal ini disebutkan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang mulia selevel di bawah mereka, lalu orang-orang mulia selevel di bawah mereka. Orang diuji menurut ukuran (dalam suatu riwayat ‘kadar’) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat; dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut ukuran agamanya. Maka cobaan tak henti-hentinya menimpa seseorang sampai ia membiarkannya berjalan di muka bumi tanpa punya kesalahan lagi.” (HR. At-Tirmidzi).
3. Cobaan menjadi balasan dosa
Saat Allah SWT menurunkan cobaan, ini menjadi cara balasan atas dosa yang diperbuat oleh manusia. Bahkan, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya seseorang akan dihalangi rejekinya karena dosa yang dilakukannya." (HR Ibnu Majah).
Hadis ini dijelaskan, saat manusia menghadapi cobaan atas dosa yang telah diperbuat, balasanya adalah kesusahan dalam mencari rejeki.
Berkaitan dengan hadis ini juga diungkap oleh Mirqatul Mafatih, yang mengungkapkan bahwa saat umat muslim bermaksiat, Allah akan menurunkan cobaan kepadanya. Harapannya, cobaan dapat menjadi penyebab dosanya terlebur. (Mula al-Qari, Mirqatul Mafatih, Juz IX, halaman 145).