Suara.com - Infertilitas atau ketidaksuburan bisa menjadi momok menakutkan bagi pasangan yang mendambakan keturunan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan pasangan yang gagal untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seks tanpa perlindungan.
Melansir dari India Express, Dr Karishma Dafle, konsultan kesuburan, Nova IVF Fertility, Pune, mengatakan bahwa pasangan perlu berhati-hati mengenai obesitas karena telah dikaitkan dengan jumlah dan kualitas sperma yang lebih rendah pada pria.
Sementara pada perempuan obesitas sering kali terkait dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang menyebabkan infertilitas.
"Kelebihan berat badan menyebabkan disfungsi ovarium dan infertilitas pada wanita. Aktivitas fisik yang berat dan mengonsumsi berbagai obat akan menurunkan jumlah sperma pada pria," kata kata Dr Dafle.
Baca Juga: Pasien Covid-19 Anak Punya Komorbid, Risiko Meninggal Lebih Besar
"Selain obesitas, asap rokok juga berdampak negatif pada proses reproduksi pria dan wanita. Racun kadmium dan nikotin dalam tembakau mengurangi kualitas sperma dan produksi sel telur (termasuk kadar AMH)," imbuhnya.
Perempuan yang merokok dapat mengalami menopause dini, keguguran, dan cacat lahir, sedangkan pada pria, terjadi peningkatan kerusakan DNA sperma yang menyebabkan tingkat kehamilan yang rendah.
Merokok juga mengurangi cadangan ovarium perempuan dan merusak silia di dalam tuba fallopi (yang sangat penting untuk mengangkut sel telur atau embrio di sepanjang tuba fallopi ke dalam rahim).
"Penggunaan kontrasepsi dalam waktu lama juga dapat menyebabkan kemandulan permanen pada wanita, sementara kafein juga memengaruhi jumlah sperma," kata Dr Dafle.
Dokter Madhuri Roy, ginekolog dan konsultan IVF, pendiri, dan direktur pelaksana Conceive IVF, Pune mengatakan bahwa selain beberapa faktor di atas, konsumsi alkohol menyebabkan penurunan kualitas mani, kadar testosteron rendah, penurunan volume air mani dan jumlah sperma.
Baca Juga: Sering Sakit Pinggang? Berikut 5 Penyebabnya Namun Sering Disepelekan
Pada perempuan, kondisi ini juga menyebabkan ketidakseimbangan hormon, ovulasi tidak teratur, atau menopause dini.