Saraf Rusak dan Penumpukan Sel Imun di Kornea Jadi Gejala Baru Long COVID-19

Rabu, 28 Juli 2021 | 07:32 WIB
Saraf Rusak dan Penumpukan Sel Imun di Kornea Jadi Gejala Baru Long COVID-19
Sebagai ilustrasi: penumpukan sel imun di kornea mata menjadi salah satu gejala baru long Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kerusakan saraf dan penumpukan sel imun di kornea mata menjadi salah satu gejala baru long COVID-19 .

Meski hasil awal penelitian masih perlu dilakukan pada kelompok orang yang lebih banyak, namun peneliti sebenarnya sudah menduga kerusakan saraf yang terjadi bisa terkait long COVID-19 .

Beberapa gejala COVID-19 memang berlangsung lama karena dugaan adanya kerusakan saraf perifer, kata seorang ahli kepada Live Science.

Di sisi lain, long COVID-19  juga memiliki gejala seperti masalah neurologis, termasuk sakit kepala, mati rasa di tubuh, kehilangan penciuman dan kabut otak atau kesulitan berpikir dan berkonsentrasi. 

Baca Juga: Diungkap Peneliti, Gejala Long Covid-19 Ini Perlu Diketahui

Profesor kedokteran dan konsultan di Weill Cornell Medicine-Qatar di Doha Dr. Rayaz Malik mengatakan, gejala COVID-19 yang bertahan lama kemungkinan terjadi karena adanya kerusakan sel saraf dalam tubuh.

Secara khusus, bukti awal penelitian menunjukkan bahwa long COVID-19 berakibat pada kerusakan serabut saraf kecil, kabel tipis yang bercabang dari sel saraf tertentu dalam tubuh untuk menyampaikan informasi sensorik tentang rasa sakit, suhu dan gatal, di antara sensasi lain ke sistem saraf pusat. 

Sel saraf berserat kecil juga membantu mengontrol fungsi tubuh tidak disengaja, seperti detak jantung dan buang air besar. Oleh karena itu, kerusakan sel-sel ini dapat menyebabkan beragam gejala. 

Malik dan rekan-rekannya mempelajari hilangnya saraf serat kecil pada penderita diabetes dan penyakit neurodegeneratif seperti multiple sclerosis. 

Mereka memerhatikan bahwa orang dengan gejala COVID-19 yang panjang tampaknya memiliki gejala yang sama dengan pasien diabetes dan neurodegeneratif. Karena itu juga, peneliti memutuskan untuk menyelidiki kemungkinan adanya keterkaitan. 

Baca Juga: Studi Temukan 5 Gejala Virus Corona yang Indikasikan Long Covid-19, Apa Saja?

Menggunakan teknik yang disebut mikroskop confocal kornea (CCM), tim mengambil foto sel saraf di kornea, lapisan transparan mata yang menutupi pupil dan iris.

Tim menggunakan prosedur non-invasif untuk menghitung jumlah total sel saraf serat kecil di kornea, sekaligus menilai panjang dan tingkat percabangan serat tersebut. 

Para peneliti berkesimpulan, jika ada kerusakan pada serat kecil saraf kornea, maka umumnya ada kerusakan serupa pada area lain di tubuh. 

"Ini seperti barometer yang sangat bagus, hampir, kerusakan saraf di tempat lain," jelas Malik, dikutip dari Fox News.

Menurut studi baru, yang diterbitkan Senin (26 Juli) di British Journal of Ophthalmology, orang yang mengalami gejala neurologis setelah infeksi COVID-19 juga menunjukkan kehilangan saraf serat kecil yang signifikan di kornea, dibandingkan dengan pasien tanpa gangguan neurologis. 

Terlebih lagi, tingkat kerusakan serat saraf berkaitan dengan keparahan gejala peserta, yang berarti kerusakan saraf yang lebih besar dikaitkan dengan gejala yang lebih jelas.

Studi kecil itu melibatkan 40 orang yang telah pulih dari COVID-19 antara satu hingga enam bulan. Sebanyak 29 orang di antaranya telah sembuh setidaknya tiga bulan. 

Selain mendapatkan pemindaian kornea, setiap peserta harus menjawab pertanyaan tentang gejala neurologis selama terinfeksi COVID-19.

Mereka juga mengisi kuesioner tentang nyeri neuropatik, yang dapat mencakup sensasi mati rasa, tertusuk dan terbakar di tubuh, serta kelemahan otot.

Kuesioner lainnya membantu para peneliti untuk menentukan lokasi dan tingkat keparahan nyeri otot peserta, itu juga membantu menandai gejala tambahan seperti kelelahan dan masalah usus.

Dari 40 peserta, 22 menunjukkan gejala neurologis yang tersisa, seperti sakit kepala, pusing dan mati rasa selama  empat minggu setelah pulih dari infeksi COVID-19.

Dan 13 dari 29 yang telah pulih setidaknya selama tiga bulan dilaporkan memiliki gejala neurologis pada minggu ke-12 pasca infeksi. 

"Sangat jelas, orang yang memiliki gejala neurologis pasti mengalami pengurangan (fungsi) pada saraf serat kecil, sedangkan peserta lainnya tidak," kata Malik.

Penulis penelitian juga menilai 30 orang sehat tanpa riwayat infeksi COVID-19 sebagai perbandingan. Mereka menemukan bahwa, dibandingkan dengan 30 peserta ini, semua orang yang selamat dari COVID-19 menyimpan banyak sel imun di kornea mata. 

Orang-orang dengan gejala neurologis lainnya juga menunjukkan peningkatan sekitar lima kali lipat dalam jumlah sel dendritik, dibandingkan dengan kelompok orang sehat tanpa pernah terinfeksi.

Kesimpulan para peneliti, proses kekebalan masih berlangsung bahkan setelah infeksi awal sembuh dan terjadi long COVID-19 .

"Jadi mungkin ada pemicu kekebalan yang diaktifkan dan butuh waktu untuk menenangkan diri. Namun sementara itu, respon imun yang tidak terkendali ini merusak sel-sel saraf," ucap Malik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI