Suara.com - Sejumlah peneliti masih terus mencari tahu efektivitas mencampur dua jenis vaksin Covid-19 berbeda. Kini sebuah studi terbaru menemukan bahwa campuran vaksin Pfizer yang diberikan setelah vaksin AstraZeneca, mampu meningkatkan antibodi penetral sebanyak enam kali dibandingkan dengan dua dosis AstraZeneca.
Dilansir dari Express UK, penelitian Korea Selatan, yang melibatkan 499 pekerja medis, menemukan jadwal vaksin campuran menunjukkan jumlah antibodi penetralisir yang serupa ditemukan pada kelompok yang menerima dua suntikan Pfizer.
Seratus peserta menerima dosis campuran, sementara 200 menerima dua dosis suntikan Pfizer, dan sisanya mendapatkan dua suntikan AstraZeneca. Data tersebut memberikan dukungan atas keputusan beberapa negara untuk menawarkan alternatif ke AstraZeneca sebagai suntikan kedua, setelah vaksin dikaitkan dengan pembekuan darah yang langka.
![Dokter menunjukan vaksin COVID-19 Astra Zeneca dosis pertama di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta, Selasa (8/6/2021). [Suara.com/Oke Atmaja]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/06/08/98205-vaksin-astrazeneca.jpg)
Sebuah penelitian di Inggris bulan lalu menemukan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca diikuti dengan dosis Pfizer menghasilkan respons sel T yang lebih baik, dan respons antibodi yang tinggi daripada Pfizer yang diikuti oleh AstraZeneca.
Penelitian ini adalah salah satu dari banyak penelitian yang menemukan bahwa mencampur vaksin mengarah pada respons imun yang kuat dan terkadang melebihi dua dosis vaksin yang sama. Beberapa negara termasuk Bahrain, Bhutan, Kanada, Italia dan Korea Selatan telah mulai mencampur vaksin sebagai bagian dari kebijakan mereka.
Kesehatan Masyarakat Inggris mengizinkan praktik tersebut pada bulan Januari, ketika persediaan vaksin terbatas.
Karena varian Delta Covid-19 yang sangat menular terus menyebar, menjadi praktik umum untuk mencampur vaksin dalam upaya untuk meningkatkan dorongan vaksinasi. Pada bulan Maret, beberapa negara menghentikan perjalanan vaksin mereka di tengah kekhawatiran pembekuan darah yang sangat langka terkait dengan vaksin Oxford-AstraZeneca.
Akibatnya, petugas kesehatan di beberapa negara diberi wewenang untuk memberikan vaksin yang berbeda untuk suntikan kedua beberapa pasien, yang menerima suntikan AstraZeneca untuk pertama mereka.
Dokter Gloria Taliani, profesor penyakit menular di Sapienza University of Rome, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mencampur vaksin telah menjadi hal biasa ketika mengobati penyakit lain di masa lalu.
Baca Juga: Antibodi Vaksin Covid-19 Merek Sinovac Turun Setelah 6 Bulan, Booster Sangat Disarankan
“Kami telah menggunakan vaksin yang berbeda ketika mengobati penyakit lain dan kami tidak peduli jika dosis kedua adalah vaksin yang berbeda dibandingkan dengan yang pertama, atau jika dosis penguatnya berbeda. Tidak ada alasan biologis mengapa vaksin yang menggunakan stimulus berbeda pada sistem kekebalan bisa berbahaya bagi siapa pun.," kata dia.