Suara.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat bicara terkait kabar yang menyebut obat COVID-19 sudah ditemukan di apotek.
Dikatakan Menkes Budi, masalah utama terletak pada meningkatnya permintaan obat COVID-19 hingga 12 kali lipat sejak bulan lalu.
"Sejak 1 Juni sampai sekarang telah terjadi lonjakan yang luar biasa dari kebutuhan obat-obatan. Lonjakan itu besarnya sekitar 12 kali lipat," kata Menkes Budi Gunadi di Kantor Presiden di Jakarta, Senin.
Kementerian Kesehatan, menurut Budi Gunadi, lalu berkomunikasi dengan Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi) dan sudah mempersiapkan impor bahan baku obat, memperbesar kapasitas produksi serta mempersiapkan distribusinya.
"Tapi memang dibutuhkan waktu antara 4-6 minggu agar kapasitas obat dalam negeri kita bisa memenuhi kebutuhan peningkatan obat-obatan sebanyak 12 kali lipat ini," ungkap Budi.
![Pekerja menunjukkan paket obat COVID-19 di gerai ekspedisi pengiriman barang SiCepat di Jalan K.S Tubun, Petamburan, Jakarta, Sabtu (17/7/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/07/17/11469-pendistribusian-obat-covid-19-gratis.jpg)
Budi menargetkan pada awal Agustus beberapa obat-obatan terapi COVID-19 yang sering dicari masyarakat seperti Azithromysin, Oseltamivir dan Favipiravir sudah bisa masuk ke pasar dalam jumlah yang lebih signifikan.
"Saya kasih contoh Azithromysin sekarang ada 11,4 juta di nasional, 20 pabrik lokal memproduksi obat ini. Jadi sebenarnya kapasitas produksi mencukupi," ungkap Budi.
Meski cukup secara produksi, ia mengakui ada sedikit hambatan dalam distribusi Azithromysin masuk ke apotek-apotek.
Sedangkan untuk stok Favipiravir di seluruh Indonesia, menurut Budi Gunadi sekitar 6 juta.
Baca Juga: Menkes: Testing dan Tracing di Kawasan Padat Penduduk Dimulai Pekan Ini
"Ada beberapa produsen dalam negeri yang akan segera meningkatkan stok Favipiravir ini termasuk Kimia Farma untuk bisa (produksi) 2 juta per hari, rencananya PT Dexa Medica juga akan impor 15 juta di bulan Agustus. Kita akan impor juga 9,2 juta dari beberapa negara untuk mulai bulan Agustus dan ada pabrik rencananya yang mulai Agustus juga akan produksi 1 juta Favipilravir setiap hari," tambah Budi.