Suara.com - Azitromisin jadi salah satu obat yang dicari oleh Presiden Joko Widodo saat sidak ke salah satu apotek di Bogor, Jawa Barat, Jumat, (23/7/2021). Jokowi langsung menghubungi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikit, saat tahu sejumlah obat yang dicari tidak ada.
"Pak, ini saya cek ke apotek di Bogor. Saya cari obat antivirus Oseltamivir, nggak ada. Cari lagi, obat antivirus yang Favipiravir juga nggak ada, kosong. Saya cari yang antibiotik, Azitromisin juga nggak ada," tanya Jokowi kepada Budi dalam sambungan telpon dalam video yang diunggah di Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (23/7/2021).
Azitromisin sendiri memang menjadi salah satu obat yang diberikan gratis oleh pemerintah untuk terapi pasien Covid-19 dengan gejala ringan. Namun, obat itu tidak lagi masuk dalam terapi utama Protokol Tatalaksana Covid-19. Surat tersebut diteken pada 14 Juli 2021 lalu.
Kelima organisasi itu yakni Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Baca Juga: Jokowi Kaget, Obat Terapi Pasien Covid-19 Kosong di Apotek; Terus Saya Cari ke Mana?
Ketua Umum PAPDI, Dr. dr. Sally Aman Nasution mengatakan bahwa ternyata azitrimosin tidak terlalu bermakna. Bahkan, obat itu dapat menimbulkan resistensi antibiotik jika digunakan secara sembarangan.
"Iya benar (menimbulkan resistensi antibiotik). Tp saat awal azitro dipakai bkn utk efek antibiotika ya, tapi ada efek antiinflamasinya," kata Sally.
"Tetapi stlh sekian waktu ternyata tidak terlalu bermakna, dan dikuatirkan timbul resistensi, sehingga kami mencantumkannya di terapi tambahan," kata Sally.