Suara.com - Hari Anak Nasional atau HAN 2021 kembali dirayakan di tengah kondisi pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa pandemi juga berdampak pada anak, baik secara fisik maupun mental.
Oleh sebab itu, Kementerian Kesehatan berpesan kepada orangtua agar selalu menjaga anak-anak melalui penerapan protokol kesehatan.
“Artinya anak-anak jangan dihadapkan pada risiko penularan Covid-19, seperti dibawa melakukan perjalanan, diajak makan di luar rumah. Kita tahu risiko penularan itu sangat besar saat beraktivitas di luar rumah,” imbau Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid., dalam rilis Satgas Penanganan Covid-19, Jumat (23/7/2021).
Selain fokus untuk keluar dari pandemi, Nadia mengingatkan, orangtua jangan sampai terlewat untuk memberikan imunisasi rutin kepada anak usia 18 bulan.
Baca Juga: Hari Anak Nasional 2021: Menilik Urgensi Vaksinasi Covid-19 untuk Anak, Seberapa Penting?
"Mulai dari imunisasi hepatitis B, BCG, PCV, campak, dan rubella. Itu merupakan vaksin yang rutin kita berikan setiap tahunnya,” pesan Nadia.
Pemerintah juga telah berupaya memberikan perlindungan melalui vaksinasi Covid-19 bagi anak dan remaja usia 12-17 tahun. Namun, menurut Nadia, permasalahan kompleks akibat Covid-19 perlu ditanggulangi bersama.
“Target capaian herd immunity kita bertambah dari sebelumnya 181,5 juta sasaran menjadi 208 juta sasaran karena sudah boleh memvaksinasi anak dan remaja usia 12-17 tahun,” ucapnya.
Pelaksanaan vaksinasi dengan sasaran usia 12-17 dilaksanakan di fasilitas layanan kesehatan serta di sekolah-sekolah.
Terkait sekolah tatap muka, Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi Jumeri STP. Msi., mengungkapkan bahwa pemerintah terus mengupayakan agar anak-anak mendapatkan hak pendidikan yang berkualitas.
Baca Juga: Hari Anak Nasional 2021: Ancol Suguhkan Aktivitas Virtual Seru untuk Anak, Ikutan Yuk!
“Setelah situasi mereda, kita upayakan secepat mungkin agar sekolah segera melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas,” katanya.
Diakui Jumeri, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di berbagai daerah sangat beragam. PJJ sangat dipengaruhi oleh akses pembelajaran secara online. Ada ketimpangan yang luar biasa antara daerah maju dengan daerah 3T.
“Capaian pembelajaran anak-anak kita akhirnya memiliki kesenjangan. Jadi di rumah diharapkan orangtua untuk mendampingi putra-putrinya ketika belajar. Orangtua jadi teman ketika belajar. Jangan memerintah anak, tapi diajak untuk bekerja sama. Ini mengembalikan konsep pendidikan pertama ada di keluarga,” pesan Jumeri.