5 Tips untuk Orangtua Seputar Vaksinasi Covid-19 untuk Anak, Penting!

Jum'at, 23 Juli 2021 | 09:35 WIB
5 Tips untuk Orangtua Seputar Vaksinasi Covid-19 untuk Anak, Penting!
Para pelajar melakukan proses pengecekan kesehatan untuk menjalani vaksinasi Covid-19 di SMA Negeri 38, Jakarta Selatan, Kamis (15/7/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Vaksinasi Covid-19 untuk anak tidak hanya bertujuan untuk mencegah angka kesakitan dan kematian pada anak, namun juga mempercepat berlangsungnya pembelajaran tatap muka (PTM).

Pemerintah menargetkan 26 Juta anak dan remaja usia 12 hingga 17 tahun jadi bagian dari 208 juta sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

Sama seperti orang dewasa, vaksinasi anak dan remaja diberikan dua kali dosis 0,5 mililiter, dengan rentan waktu minimal 28 hari antara dosis pertama dan dosis kedua.

Agar program vaksinasi Covid-19 untuk anak berjalan lancar, simak rangkuman tips untuk orangtua berikut ini:

Baca Juga: 5 Fakta Vaksin Moderna Belum Banyak Diketahui Publik, Diklaim Vaksin COVID-19 Paling Bagus

1. Tetap terapkan protokol kesehatan

Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita meminta orangtua agar senantiasa mengingatkan anak-anak untuk tetap menerapkan protokol kesehatan selama belum mendapatkan vaksin Covid-19.

"Sebelum dapat vaksinasi dia harus tetap ikut prokes. Harus terus diterangkan tentang jaga jarak, pakai masker, kemudian cuci tangan, berkerumun, banyak keluar rumah. Itu tetap harus dipelajari pada mereka bahwa 'kamu nanti akan disuntik (vaksin), tapi setelah disuntik pun tetap harus pakai ini (prokes)'," kata Prof Cissy.

2. Bukan untuk anak di bawah 12 tahun

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan saat ini, vaksinasi Covid-19 untuk anak hanya diperuntukkan bagi anak dan remaja usia 12 hingga 17 tahun.

Saat ini belum ada vaksin Covid-19 yang tersedia di Indonesia untuk anak di bawah 12 tahun.

Baca Juga: Hari Anak Nasional 2021: Menilik Urgensi Vaksinasi Covid-19 untuk Anak, Seberapa Penting?

"Karena sampai saat ini ITAGI dan BPOM melihat untuk rentang usia 3 sampai 12 tahun, atau usia kurang dari 12 tahun itu tidak cukup jumlah subjek penelitiannya. Sehingga tidak bisa dipastikan profil keamanannya," ujar Nadia.

3. Jawab pertanyaan anak dengan jujur

Prof Cissy mengingatkan pentingnya istirahat sebelum melakukan vaksinasi. Tidak menutup kemungkinan, anak akan bertanya tentang vaksinasi yang akan dilakukannya.

Jika ini terjadi, Prof Cissy meminta orangtua menjawab pertanyaan anak dengan jujur, termasuk risiko terjadinya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).

"Kalau pun ada diharapkan KIPI yang ringan. Itu juga harus diterangkan, kalau demam harus bilang orangtua, kalau ada sakit, merah, bengkak, kalau nggak bisa digerakkan. Semua harus diterangkan kepada anak," paparnya.

4. Menggunakan vaksin Sinovac

Nadia mengatakan saat ini, vaksinasi Covid-19 untuk anak menggunakan vaksin Sinovac yang dibuat oleh PT Bio Farma.

Sebab, hanya vaksin Covid-19 buatan Sinovac jadi yang pertama diizinkan BPOM dan ITAGI untuk diberikan pada anak usia 12 hingga 17 tahun. Apalagi vaksin Sinovac sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari BPOM.

Sedangkan vaksin buatan Pfizer dan Moderna meski sudah mendapatkan EUA dari BPOM, tapi untuk diberikan pada usia anak belum diizinkan, meskipun hasil uji klinis dan epidemiologis kedua vaksin tersebut sudah mencukup untuk anak di bawah 17 tahun.

"Tetapi tidak menutup kemungkinan vaksin Pfizer maupun Moderna yang data uji klinis dan epidemiologi itu cukup, kemudian diputuskan ITAGI dan BPOM aman diberikan untuk usia 12 sampai 17 tahun," imbuh Nadia.

5. Ceritakan kondisi anak kepada dokter

Seperti vaksinasi pada orang dewasa, anak juga akan melalui tahap skrining. Dokter Cissy meminta agar setiap pertanyaan terkait oenyakit ataupun keluhan kesehatan yang dialami anak harus dijawab dengan jujur.

"Kalau belum bisa jawab sendiri bisa orang tuanya. Harus dijawab dengan jujur semua yang diderita. Misalnya anak pernah alergi telur waktu kecil, itu harus diceritakan. Anak pernah terakhir ada kaligata, itu harus diceritakan. Karena nanti ada list siapa yang boleh divaksin, siapa yang tidak boleh," ucapnya.

Termasuk juga jika anak memiliki penyakit kronis, misalnya asma. Baik orangtua ataupun anak perlu menyampaikan kepada vaksinator kapan terakhir kali penyakit kroniknya kambuh atau pun sedang konsumsi obat tertentu.

Dokter Cissy mengatakan, pada anak yang memiliki penyakit bawaan harus dipastikan komorbidnya dalam keadaan stabil ketika vaksinasi dilakukan.

"Jangan karena pengen disuntik, jadi bilang enggak, jangan! Terus kalau punya komorbid semua harus diterangkan," ucap dokter Cissy.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI