Bukan Kanker, Taruh Laptop di Pangkuan Mungkin Hanya Sebabkan Masalah Kulit

Jum'at, 23 Juli 2021 | 08:05 WIB
Bukan Kanker, Taruh Laptop di Pangkuan Mungkin Hanya Sebabkan Masalah Kulit
Duduk Sambil memangku laptop. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mungkin Anda pernah mendengar bahwa memangku laptop bisa menyebabkan kanker atau masalah reproduksi. Padahal kemungkinan bukan kanker, namun semacam masalah kulit

Menurut laman resmi Cancer Council Australia, bukti ilmiah saat ini menunjukkan tidak ada hubungan antara menggunakan komputer portabel (laptop) dan kanker. Sebagian besar teori tentang laptop dan kanker berhubungan dengan panas, radiasi elektromagnetik, atau radiasi dari jaringan nirkabel (WiFi). 

"Satu teori menunjukkan bahwa pria yang menggunakan laptop di pangkuan mereka berisiko lebih besar terkena kanker testis karena panas di dekat skrotum yang dapat merusak sel," catat Cancer Council. 

Sementara beberapa penelitian menunjukkan panas (dari berbagai sumber, bukan hanya laptop) dapat mempengaruhi sperma dan kesuburan pria, namun tidak ada penelitian yang menghubungkan panas dari laptop dengan kerusakan sel atau kanker.

Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Terawan Jadi Penyelamat Dunia Karena Vaksin Nusantara Disetujui?

Hanya saja,  pernah ada kasus sindrom kulit panggang (kondisi kulit berbintik-bintik yang disebabkan oleh paparan panas jangka panjang) pada orang yang menggunakan laptop dengan bertumpu pada kaki mereka untuk waktu yang lama. 

Ilustrasi seseorang sedang menggunakan laptop di bandara (Shutterstock).
Ilustrasi seseorang sedang menggunakan laptop di bandara (Shutterstock).

Beberapa mengklaim bahwa kerusakan tersebut berpotensi menyebabkan kanker kulit, tetapi tidak ada bukti untuk membuktikan hal ini.

Laptop, seperti banyak peralatan listrik lainnya menghasilkan medan listrik dan magnet, namun sebagian besar berada dalam rentang frekuensi yang sangat rendah. 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kekuatan medan jauh di bawah pedoman batas paparan internasional dan tidak ada bukti ilmiah tentang efek kesehatan dari paparan tingkat rendah jangka panjang.

Baca Juga: Hits: PMI Dituding Patok Harga Plasma Konvalesen hingga WHO Soal Gelombang Baru Covid-19

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI