Suara.com - Di momen Hari Anak Nasional (HAN) 2021 yang jatuh pada hari ini, Jumat, 23 Juli 2021, pembahasan tentang seberapa penting program vaksinasi Covid-19 untuk anak kembali mencuat, mengingat hingga kini pandemi masih merajalela dan Indonesia mengalami lonjakan kasus.
Sepekan terakhir, Indonesia terus mencatatkan rekor, baik itu kasus baru Covid-19 dalam sehari maupun kematian pasien. Ribuan orang meninggal setiap harinya karena Covid-19, termasuk anak-anak dari bayi, balita, hingga remaja.
Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, kelompok anak usia 0-18 tahun termasuk sebagai penyumbang kasus Covid-19 terbanyak, hingga 12,8 persen.
Sementara, angka kematian anak mulai usia 0-18 tahun, dicatat oleh Kementerian Kesehatan, ada sekitar 600 orang. Separuh atau 50 persen di antaranya merupakan usia balita.
Baca Juga: Begini Pentingnya Program Vaksinasi Covid-19 Anak dan Remaja dari Kacamata Orangtua
"Vaksinasi anak remaja itu bisa dilihat dari berbagai segi. Memang dia nggak berat, memang menjadi OTG saja, tidak sampai seperti orang dewasa sampai meninggal. Tapi tentu saja kalau kita hitung 12 persen dari seluruh total kejadian, kita kan dari dua juta lebih (kasus Covid di Indonesia), sudah 250 ribu anak yang sakit. Dia itu tidak sakit (tidak bergejala) tapi bisa menularkan. Jadi tetap saja berbahaya untuk lingkungan," papar Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, saat dihubungi Suara.com, Selasa (20/7/2021), terkait urgensi melakukan vaksinasi Covid-19 untuk anak.
Kondisi saat ini, anak juga kerap tertular virus corona dari orang dewasa. Sehingga, menurut prof Cissy, jika jumlah kasus pada orang dewasa meningkat maka berpotensi menambah infeksi baru pula pada anak.
Ia menyampaikan bahwa dengan memvaksinasi anak bisa melindungi mereka dari transmisi penularan di lingkungannya, terutama klaster keluarga.
"Kemudian herd immunity juga jadi tercapai. Kontribusi 12-17 tahun itu ada sekitar 32 juta dan anak-anak kelihatannya lebih semangat divaksinasi daripada orang tuanya. Jadi kalau misalnya anak bisa ikut divaksinasi keuntungannya banyak sekali," ucap Prof. Cissy.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah memulai program vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 12-17 tahun sejak awal bulan Juli 2021. Keputusan pelaksanaan tertuang dalam Surat Edaran nomor HK.02.02/I/1727/2021 tentang Vaksinasi Tahap 3 Bagi Masyarakat Rentan serta Masyarakat Umum dan Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun.
Baca Juga: Gemas dan Mengedukasi, Ini Pilihan Hadiah untuk Si Kecil di Hari Anak Nasional
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, vaksinasi Covid-19 untuk anak tidak hanya bermanfaat untuk mencegah penularan kasus dan mengurangi angka kematian.
Ia menyebut urgensi lain pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk anak adalah percepatan program pembelajaran tatap muka (PTM) yang tertunda selama satu setengah tahun.
"Karena hampir 1,5 tahun tidak ada wahana pendidikan seperti pembelajaran tatap muka. Ini sudah ditetapkan melalui SKB 4 menteri, supaya tidak kehilangan momen pembentukan karakter melalui dunia pendidikan," ujar perempuan yang akrab disapa Nadia itu.
Nadia menambahkan, PTM di sekolah memang didorong dengan cara vaksinasi para tenaga pengajar dan petugas di sekolah berusia 18 tahun ke atas. Tapi dengan vaksinasi Covid-19 anak dan remaja, praktik PTM di sekolah bisa semakin dikebut untuk mencegah learning loss yang terjadi pada pelajar Indonesia.
Learning loss adalah keadaan di mana seseorang atau siswa kehilangan minat belajar, yang sangat berdampak pada pengetahuan dan keterampilan anak secara spesifik akan menurun.
"Dengan adanya temuan atau informasi dan data yang cukup akurat, ternyata anak-anak aman diberikan vaksinasi. Ini sangat menunjang program pembelajaran tatap muka," jelasnya.
Vaksin Sinovac untuk Anak, Apakah Aman dan Efektif?
Urgensi melakukan vaksinasi Covid-19 untuk anak dibarengi dengan pertanyaan tentang pilihan vaksin yang digunakan. Kepada Suara.com, Nadia mengatakan vaksin yang digunakan adalah vaksin Sinovac buatan PT Bio Farma.
Sinovac dipilih karena sudah mendapat izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi (ITAGI) untuk diberikan pada anak dan remaja usia 12-17 tahun.
"Kalau dilihat yang memiliki data yang cukup lengkap dan vaksinnya ada, itu adalah vaksin Sinovac. Vaksin AstraZeneca sudah dikaji dan dipertimbangkan, itu belum bisa direkomendasikan untuk diberikan (pada anak dan remaja)," ujar Nadia.
Di Indonesia sendiri data terkait efikasi vaksin Sinovac untuk anak-anak belum dipublikasikan. Namun merujuk pada hasil uji klinis tahap III yang dilaksanakan di Bandung, efikasi vaksin Sinovac pada orangtua dan dewasa sebesar 65,3 persen.
Namun menurut Prof Cissy, vaksin Covid-19 memiliki efikasi alias keampuhan lebih besar pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.
Ia merujuk penelitian vaksin Covid-19 Pfizer-Biontech yang mengklaim efikasi pada anak usia 12-15 tahun sebesar 100 persen. Sedangkan usia 16 tahun ke atas turun sedikti ke 95,5 persen.
"Saya kira Sinovac juga begitu, (efikasi) lebih tinggi pada anak daripada orang dewasa," kata prof Cissy.
Orangtua dan Pelajar Dukung Vaksinasi Covid-19 untuk Anak
Pemerintah menargetkan 26 Juta anak dan remaja usia 12 hingga 17 tahun jadi bagian dari 208 juta sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
Sama seperti orang dewasa, vaksinasi anak dan remaja diberikan dua kali dosis 0,5 mililiter, dengan rentan waktu minimal 28 hari antara dosis pertama dan dosis kedua.
Lalu bagaimana dengan kalangan siswa? Apakah vaksinasi Covid-19 untuk anak mendapat sambutan baik?
Hilma Annisa (16), seorang pelajar SMA di kota Bogor, mengatakan bahwa vaksinasi penting demi kekebalan tubuh dan mencegah infeksi Covid-19.
Ditanya tentang alasan ingin divaksinasi, Hilma menyinggung kemudahan akses untuk bepergian.
“Jadi ya jaga-jaga aja, dan kita harus ikut vaksinasi. Karena kita pasti diminta surat vaksinasi kalau keluar ke mana-mana,” ungkapnya.
Sedikit berbeda dengan Hilma, Andhika (16) dari Jakarta mengaku selain kesediaan anak, dukungan dari orangtua penting untuk kesuksesan program vaksinasi.
“Kan ada tuh orang tua yang nggak mau anaknya divaksinasi karena ada efek sampingnya, itu sih,” katanya.
Romlan (47), seorang petugas keamanan, mengatakan Covid-19 yang semakin masif membutuhkan pencegahan, salah satunya dengan vaksinasi Covid-19 baik untuk orang dewasa maupun anak-anak.
Romlan mengaku sudah mendapatkan dua kali suntikan vaksin Covid-19. Ia juga tidak keberatan jika anak dan anggota keluarga lainnya mendapatkan vaksin Covid-19.
“Saya kebetulan sudah vaksin dua kali, dan soal vaksinasi anak saya mendukung sekali. Dan ini akan menambahkan kekebalan maupun stamina anak,” ungkapnya saat ditemui Suara.com, baru-baru ini.
Senada dengan Romlan, Bahtiar (52) seorang pekerja di rumah produksi, mengatakan mendukung penuh vaksinasi Covid-19. Ia dan anak-anaknya sudah terdaftar sebagai calon penerima vaksin.
“Kalau bicara perlu atau tidak, bagi saya perlu. Dan saya menganjurkan untuk ikut serta di bulan Agustus untuk vaksinasi. Itu sudah saya daftarkan untuk anak saya yang SMP dan SMA,” jelasnya. (Reporter: Lilis Varwati, Dini Afrianti Efendi dan Aflaha Rizal Bahtiar)