Dalam Sepekan, Tes Covid-19 Menurun Tapi Angka Kematian Naik

Kamis, 22 Juli 2021 | 20:20 WIB
Dalam Sepekan, Tes Covid-19 Menurun Tapi Angka Kematian Naik
Warga menjalani tes usap PCR (Swab Test) di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (19/10/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tambahan kasus positif Covid-19 Indonesia turun di bawah 50 ribu dalam lima hari terakhir. Namun penurunan kasus baru itu diikuti juga dengan berkurangnya jumlah testing harian yang dilakukan. 

Data Satgas Penanganan Covid-19 tercatat sejak 18 Juli 2021 jumlah testing terus turun di bawah 140 ribu per hari. Padahal sebelumnya ditargetkan jumlah testing harian selama PPKM Darurat lebih dari 320 ribu per hari. 

"Peningkatan testing perlu menjadi salah satu hal yang kita perhatikan. Jumlah penurunan orang yang diperiksa dalam empat hari terakhir perlu untuk segera dikejar. Karena semakin tinggi testing, maka semakin banyak kasus yang terdeteksi dan ditangani sejak dini," kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 prof. Wiku Adisasmito dalam konferensi pers daring, Kamis (22/7/2021).

Peningkatan justru terjadi pada angka kematian. Wiku menyebut, dalam tujuh hari berturut-turut jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 selalu di atas seribu. 

Baca Juga: Lab dan Faskes Kewalahan, Varian Delta Bikin Testing Sulit Capai Target Selama PPKM

Wiku Adisasmito [BNPB]
Wiku Adisasmito [BNPB]

Update terbaru dari Satgas Penanganan Covid-19 per Kamis (22/7) sore bahkan menunjukan angka kematian mencapai rekor tertinggi selama pandemi dengan jumlah 1.449 jiwa dalam sehari.

Meski begitu, angka kesembuhan juga ikut meningkat, dalam dua hari terakhir rata-rata di atas 30 ribu. Tetapi, peningkatan angka kesembuhan saja tidak cukup.

"Kalau positif yang turun, angka kesembuhan yang meningkat harus diikuti dengan angka kematian yang turun juga," imbuh Wiku.

Data tersebut makin diperkuat dengan zona merah atau risiko tinggi di tingkat Kabupaten/Kota yang semakin banyak. Bahkan, menurut Wiku, terbanyak sepanjang pandemi, yaitu 180 Kabupaten/Kota. 

Daerah itu didominasi dari provinsi Jawa Timur sebanyak 33 Kabupaten/Kota, Jawa Tengah 29 Kabupaten/Kota, dan Jawa Barat 21 Kabupaten/Kota.

Baca Juga: PMI Patok Biaya Rp 10 Juta Agar Pasien Dapat Plasma Konvalesen? Ini Faktanya

Wiku menekankan, sebelum PPKM level 4 dicabut dan diberlakukan relaksasi secara bertahap, harus dilakukan peningkatan testing dan menurunkan angka kematian diseluruh daerah. Sehingga, otomatis jumlah daerah dengan tingkat risiko tinggi juga akan berkurang.

"Perkembangan yang sudah baik seperti kasus positif, kasus aktif, dan BOR (Bed Occupancy Rate) harian yang menunjukkan penurunan, serta kesembuhan yang meningkat, ini harus terus kita pertahankan. Dengan begitu zonasi risiko wilayah-wilayah yang saat ini berada di zona merah dapat segera membaik dan berpindah ke zona oranye dan zona kuning," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI