Suara.com - Pandemi Covid-19 bukan hanya berdampak pada pasien yang terinfeksi virus corona. Tapi, pandemi ini juga bisa berpengaruh pada meningkatknya prevalensi stunting.
"Ini menjadi suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri, dari hasil studi 118 negara berpendapatan rendah dan menengah menunjukkan penurunan pendapatan nasional bruto berasosiasi dengan besarnya peningkatan prevalensi stunting," ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, dikutip dari ANTARA, Kamis, (22/7/2021).
Masalah ekonomi yang terjadi selama pandemi, lanjut Hasto, berdampak pada berdampak pada penurunan daya beli dan juga penurunan asupan gizi yang dibutuhkan bagi keluarga.
"Kita perlu bersama-sama menghayati bahwa efek pandemi memang tidak bisa kita abaikan dan menimbulkan berbagai macam hal," ucapnya.
Baca Juga: Wali Kota Dumai Larang Warganya Gelar Resepsi Pernikahan
Tidak hanya itu, menurut Hasto pandemi juga telah pada sistem makro hingga mikro seperti keluarga sekalipun.
"Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga sangat terpengaruh ekosistem besar karena adanya pandemi," katanya.
Dalam kesempatan itu, Hasto juga menyampaikan pandemi COVID-19 telah mempengaruhi keharmonisan sebuah keluarga.
Survei yang dilakukan BKKBN terhadap 20.400 pasangan usia subur menunjukkan sebesar 2,5 persen di antaranya mengalami stres dan terjadi cekcok antara suami dan istri.
Ia meminta kepada semua pihak untuk menaati hak reproduksi yang sudah dirumuskan di dalam ketentuan internasional.
Baca Juga: Pandemi COVID-19 di AS Berlanjut, Anak-anak yang Sudah Divaksin Boleh Copot Masker
"Memiliki anak di masa pandemi betul-betul menjadi perhatian yang serius," ucapnya.
Ia mengemukakan terdapat 12 hak reproduksi yang sudah dirumuskan menjadi dokumen internasional untuk ditaati bersama, di antaranya hak untuk hidup, hak atas kerahasiaan pribadi, hak menikah atau tidak menikah, hak memutuskan mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, hak atas pelayanan perlindungan kesehatan hingga hak bebas dari penganiayaan dan juga perlakuan yang buruk.
"Saya kira ini bisa kita implementasikan di dalam fungsi keluarga, menjadi bagian yang bisa dipakai di dalam mengimplementasikan hak-hak secara positif dan dimaknai sebagai sesuatu yang positif," katanya.