Suara.com - Pengalaman melahirkan yang terkadang menyakitkan dan traumatis dapat memicu kondisi kesehatan mental pada sekitar satu dari 25 ibu.
Artinya, dilansir The Sun, setiap tahun, sekitar 30 ribu perempuan yang baru saja melahirkan menderita PTSD (post -traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma.
Sayangnya, sebuah survei untuk Birth Trauma Association menemukan enam dari 10 orang tidak menyadari bahwa momen melahirkan dapat menyebabkan PTSD atau yang dikenal dengan trauma persalinan.
Para ahli mengatakan banyak perempuan yang mendapatkan diagnosis yang salah ketika mereka harus mendapatkan perawatan untuk penyakit mental yang serius.
Baca Juga: Nagita Slavina Melahirkan Akhir Tahun, Begini Kata Raffi Ahmad soal Nama Anak
Trauma lahir juga kurang diketahui bila dibandingkan dengan kondisi kesehatan mental lainnya termasuk depresi pascamelahirkan (80 persen), anoreksia dan OCD (keduanya 79 persen).
Dalam hal usia, kesadaran tertinggi pada kelompok usia 25-34 tahun (48 persen) dan terendah pada kelompok usia 55 tahun ke atas (35 persen).
Hal ini menunjukkan bahwa generasi yang lebih tua telah menderita lebih lama tanpa mengetahui dampak trauma persalinan.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah melihat kesadaran akan trauma persalinan tumbuh pesat, tetapi survei menunjukkan jalan masih panjang," jelas Kim Thomas, CEO dari Birth Trauma Association.
"Banyak perempuan yang datang kepada kami dengan gejala PTSD setelah kelahiran traumatis telah salah didiagnosis dengan depresi pascamelahirkan, atau telah diberitahu untuk melupakan hal tersebut dan segera melanjutkan hidup," kata dia lagi.
Baca Juga: Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah Jawab Kabar Hamil Lagi
“Faktanya, PTSD adalah kondisi kesehatan mental yang serius yang dapat berdampak buruk pada kehidupan orang, apa pun penyebabnya. Asalkan didiagnosis dengan benar, itu dapat diobati secara efektif dengan terapi," lanjut Kim.
Seperti apa PTSD setelah melahirkan?
PTSD dapat disebabkan oleh berbagai pengalaman traumatis selama persalinan. Keadaan darurat di mana perempuan takut kehilangan nyawanya sendiri atau bayinya adalah pemicu yang umum.
Banyak perempuan yang melakukan pendekatan pada Birth Trauma Association telah mengalami kejadian seperti operasi caesar darurat, persalinan yang lama dan menyakitkan yang mengakibatkan kelahiran dengan forsep atau perdarahan pascapersalinan
Mereka juga mungkin kurang privasi, mengalami kelahiran mati atau keguguran atau mendapatkan pereda nyeri yang buruk.
Seringkali pengalaman traumatis diperburuk oleh perawatan yang buruk, perasaan tidak didengarkan oleh petugas medis atau masalah dengan sikap staf .
Perempuan yang mengembangkan PTSD setelah persalinan traumatis biasanya menemukan diri mereka menghidupkan kembali momen itu melalui kilas balik dan mimpi buruk, dan sering menemukan bahwa kecemasan ekstrim dan rasa waspada membuat kehidupan sehari-hari tak tertahankan.
Dan melihat perempuan hamil lainnya, bayi atau program seperti One Born Every Minute bisa membuatnya lebih buruk, kata asosiasi itu.
Ikatan dengan bayi juga bisa sulit karena ibu mungkin mengasosiasikan anak mereka dengan pengalaman melahirkan yang mengerikan. Masalah lain bisa termasuk menghindari tes smear atau berhubungan seks dengan pasangan.
Lantas untuk mengetahui kondisi ini, ada empat gejala PTSD pada ibu yang baru saja melahirkan. Berikut ialah empat gejala utamanya, menurut Birth Trauma Association:
1.Mengalami kembali peristiwa traumatis melalui kilas balik
Semua ini hadir mungkin dalam mimpi buruk atau ingatan yang mengganggu. Ini membuat ibu baru merasa tertekan dan panik.
2 Menghindari apa pun yang mengingatkan ibu baru pada trauma
Ini bisa berarti menolak berjalan melewati rumah sakit tempat mereka melahirkan, atau menghindari bertemu ibu lain dengan bayi baru.
3. Merasa sangat waspada
Ini berarti mereka terus-menerus waspada, mudah tersinggung, dan gelisah. Ibu baru juga khawatir mengenai sesuatu yang buruk akan terjadi pada bayinya.
4. Merasa rendah dan tidak bahagia
Ibu baru mungjin merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri atas kelahiran traumatisnya. Mereka juga mengalami kesulitan mengingat bagian dari pengalaman persalinannya.