Studi Ungkap Vaksin Covid-19 Ini Kurang Efektif Lawan Virus Corona Varian Delta

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 21 Juli 2021 | 17:55 WIB
Studi Ungkap Vaksin Covid-19 Ini Kurang Efektif Lawan Virus Corona Varian Delta
Ilustrasi Vaksin Covid
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Virus corona varian delta disebut menjadi salah satu pemicu melonjaknya kasus Covid-19 di sejumlah negara. Oleh sebab itu, banyak negara yang berusaha mempercepat program vaksinasi Covid-19.

Tapi, tidak semua vaksin Covid-19 efektif pada virus corona varian delta. Sebuah studi mengatakan bahwa vaksin Covid-19 Johnson & Johnson kurang efektif melawan varian Delta.

Penelitian, yang memeriksa sampel darah di laboratorium dan belum ditinjau oleh rekan sejawat, menunjukkan bahwa siapa pun yang menerima vaksin J&J mungkin perlu menerima suntikan kedua karena variannya terus menyebar ke seluruh AS.

“Pesan yang ingin kami sampaikan bukanlah bahwa orang tidak boleh mendapatkan vaksin J&J, tetapi kami berharap di masa depan, vaksin itu akan ditingkatkan dengan dosis J&J lain atau dengan Pfizer atau Moderna,” kata pemimpin studi Nathaniel Landau, seorang ahli virus di NYU's Grossman School of Medicine, dilansir dari NY Post.

Baca Juga: BPOM RI Izinkan Penggunaan Ivermectin dengan Skema Khusus

Ilustrasi vaksin COVID-19 (pixabay)
Ilustrasi vaksin COVID-19 (pixabay)

Awal bulan ini, Johnson & Johnson yang berbasis di New Jersey menerbitkan data awal yang menunjukkan vaksinnya efektif terhadap varian Delta.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Dr. Rochelle Walensky mengatakan ada banyak alasan untuk percaya bahwa vaksin Johnson dan Johnson akan bekerja dengan baik melawan varian Delta.

Namun, pada bulan Mei, pemerintah Inggris merilis sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa dosis tunggal vaksin AstraZeneca, yang strukturnya mirip dengan vaksin Johnson & Johnson, hanya 33 persen efektif melawan "penyakit simtomatik" yang disebabkan oleh varian Delta, sementara dua dosis 60 persen efektif melawan penyakit simtomatik.

Juru bicara J&J Seema Kumar mengatakan bahwa data dari studi terbaru "tidak berbicara dengan sifat perlindungan kekebalan sepenuhnya."

Bulan lalu, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Dr. Rochelle Walensky mengatakan kepada acara "Hari Ini" NBC bahwa "kami memiliki banyak alasan untuk percaya ... varian yang beredar di Amerika Serikat.”

Baca Juga: Minum Obat China, Nafa Urbach Sembuh dari Covid-19 setelah 6 Hari

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI