Psikolog Sebut Jangan Larang Anak Menangis Ketika Jatuh, Apa Alasannya?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 19 Juli 2021 | 10:18 WIB
Psikolog Sebut Jangan Larang Anak Menangis Ketika Jatuh, Apa Alasannya?
Ilustrasi anak menangis [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anak menangis ketika terjatuh menurut psikolog sebaiknya tidak perlu ditenangkan. Apa ya alasannya?

Menangis kerap kali jadi emosi refleks yang dilakukan anak ketika terjatuh. Saat itu, orangtua juga tentu akan menenangkan anak.

Tetapi hal pertama yang akan dilakukan kebanyakan orangtua mungkin meminta anak untuk berhenti menangis.

Padahal menurut Psikolog Analisa Widyaningrum, hal tersebut tidak perlu dilakukan. Sebab menangis sebenarnya bisa menjadi stimulus bagi anak, terutama balita, untuk mengenal emosi.

Baca Juga: Takut Mendengar Sirine Ambulans Tanda Fonofobia? Belum Tentu, Ini Kata Psikolog

Ilustrasi anak uring-uringan setelah sunat. (Shutterstock)
Ilustrasi anak menangis. (Shutterstock)

"Anak belajar perkembangan sosial dan emosi. It's oke untuk menangis dan memeluk itu merupakan salah satu reaksi kita menenangkan dia. Secara psikologi bahwa memastikan kondisi anak baik-baik saja. Dan kalau lagi jatuh (ucapkan ke anak) 'engga apa-apa nangis, tapi Mama ada disini untuk kamu'. Itu penting banget kita mengajarkan dia untuk kalau lagi mengalami seperti ini, orangtuamu ada," tutur Analisa dalam siaran langsung Instagram bersama Hansaplast, Minggu (18/7/2021).

Orangtua perlu mengalihkan anak dari rasa sakitnya. Ketika sudah teralihkan maka anak pun akan berhenti menangis.

"Kalau kita melihat, mengalihkan fungsi otak di bagian depan di mana sistem limbik emosi yang tadinya anak sakit merasa sedih, jadi happy. Itu efek luka jadi bias terhadap emosi positif yang dihadirkan oleh satu hal yang menarik untuk usia dia," ucapnya.

Jika luka anak perlu mendapat perawatan, orangtua bisa melakukannya dengan menunjukan kotak obat yang tersedia di rumah. Menurut Analisa, di saat yang sama anak juga sebenarnya belajar tentang cara mengamankan dirinya sendiri saat terluka.

"Teorinya itu lagi belajar tentang keamanan skill. Di mana kalau dia jatuh sakit, bahkan dia tahu ada kotak obat yang harus diambil, dan dia juga bisa belajar nanti kalau nanti terjadi hal seperti itu tidak ada orang tuanya apa yang harus dilakukan," pungkasnya.

Baca Juga: Merawat Kewarasan di Tengah Pandemi, Orang Menyangkal Covid Adalah yang Tercemas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI