Suara.com - Hingga saat ini dokter dan tenaga kesehatan lainnya terus berjibaku dalam merawat pasien Covid-19. Namun karena melonjaknya kasus, dokter pun mengalami kesehatan fisik dan mental, serta rentan terpapar virus karena beban kerja tersebut.
Dr. Mahesa Paranadipa, Ketua Pelaksana Harian Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menginformasikan bahwa hingga kini ada 545 dokter meninggal.
"Total kematian dokter saat ini ada di angka 545, paling banyak di Jawa Timur dengan 110 dokter meninggal, kemudian Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara," ujar dr. Mahesa dalam dialog Update Kondisi Dokter dan Strategi Upaya Mitigasi Resiko Mencegah Kolapsnya Fasilitas Kesehatan, Minggu (18/7/2021).
Angka kematian dokter tersebut mengalami peningkatan dibandingkan pada Juni 2021, di mana ada 114 dokter meninggal. Sehingga peningkatan angka kematian dokter akibat Covid-19 pada Juli 2021 mencapai lebih dari 100 persen.
Baca Juga: Lengkap! Cara Download Sertifikat Vaksin Covid-19 di PeduliLindungi
"Itu dari data-data yang dilaporkan, belum data-data yang mungkin belum dilaporkan pada kami," tambahnya.
IDI sendiri sudah memberikan pedoman terkait perlindungan dan sebagian dokter sudah divaksinasi penuh. Namun seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi hari demi hari, membuat para dokter yang turun ke lapangan mengalami beban kerja yang terlalu berat dan overwork dalam waktu lama.
Akibatnya, kondisi tersebut menimbulkan kelelahan serta imunitas dokter menurun.
Guru Besar Pulmonologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. dr. Menaldi Rasmin menegaskan bahwa beban pekerjaan dokter sudah terlalu berat.
"Dalam 2 minggu telah berguguran 108 orang dokter. Ini bukan banyak, tapi terlalu banyak.....Sekarang persoalannya ada apa? Beban pekerjaan ini sudah terlampau berat ditanggung dokter. Terlampau banyak orang yang datang ke rumah sakit dan sudah dalam keadaan yang berat-berat," ujarnya.
Baca Juga: Cerita Pria Positif Covid-19, Bebas Terbang Jakarta-Ternate Pakai Hasil Tes PCR Istri
Untuk meringankan beban kerja itu, ia pun meminta masyarakat agar melakukan isolasi mandiri berdasar penilaian dokter agar kerja dokter terukur.
Sebab banyak kasus di mana masyarakat melakukan isolasi mandiri atas pilihan pribadi, tiba-tiba datang malam-malam dalam keadaan yang sudah berat. Padahal dokter yang dinas malam terbatas jumlahnya.
"Lalu dia (pasien Covid-19) bertumpahan ke dalam ruangan, dokter bekerja sepanjang hari dengan baju yang terkurung, tidak minum, makan, tidak bisa ke belakang karena bajunya sulit dilepas. Apa yang terjadi, dokternya sakit, ada yang meninggal dunia," ungkap dr. Menaldi.
"Sekali lagi kita paham bahwa dokter adalah aset negara, kepada mereka lah kita bertumpu. Jadi tugas utama kita menjaga itu semua. Caranya adalah ikuti protokol kesehatan dan gaya hidup sehat, vaksinasi, dan berkoordinasi dengan dokter. Itu kita bisa memotong kasus berat," tambahnya.