Suara.com - Vaksin AstraZeneca salah satu yang telah disetujui penggunaannya untuk melawan virus corona Covid-19. Tapi, ahli menemukan dua kali suntikan vaksin AstraZeneca 3 kali lebih mungkin terkena gejala virus corona Covid-19 daripada orang yang suntik vaksin Pfizer dan Moderna.
Temuan soal vaksin AstraZeneca ini berasal dari studi pengawasan terbesar di Inggris, yang dikenal sebagai REACT-2, yang secara acak menguji sampel darah dari ratusan ribu warga Inggris.
Pada orang yang sudah suntik vaksin AstraZeneca pertama kali, mereka menghasilkan antibodi yang lebih bervariasi, baik di seluruh kelompok umur dan berdasarkan jenis vaksinnya.
Para ilmuwan di Imperial College London memperkirakan 2 kali suntikan vaksin AstraZeneca 55 persen lebih efektif mencegah gejala virus corona varian Delta.
Baca Juga: WHO akan Audit Laboratorium di China Untuk Ungkap Asal-Usul Virus Corona Covid-19
Sebaliknya, para ahli Imperial mengatakan bahwa hanya 15 orang yang mengalami gejala virus corona Covid-19 setelah suntik vaksin Pfizer dan Moderna. Artinya, orang yang suntik vaksin AstraZeneca 3 kali lebih mungkin terkena gejala virus corona daripada vaksin Pfizer.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature juga menunjukkan vaksin AstraZeneca bisa memberikan perlindungan seumur hidup terhadap virus corona Covid-19.
Selain menghasilkan antibodi penghilang virus corona yang kuat, vaksin Covid-19 ini juga melatih tubuh untuk mencari sel-T yang bisa membunuh varian baru virus corona tersebut.
Para ilmuwan dari Oxford dan Swiss yang menulis dalam jurnal Nature, mengatakan perlindungan sel-T adalah fitur utama dari vaksin adenovirus, seperti vaksin AstraZeneca dan vaksin Johnson & Johnson.
Profesor Burkhard Ludewig, dari Rumah Sakit Cantonal di Swiss, mengatakan sel T dalam tubuh ini nampaknya memiliki tingkat kekebalan yang sangat tinggi.
Baca Juga: Ganti Sikat Gigi Usai Sembuh dari Virus Corona Covid-19, Ini Tujuannya!
"Semoga kita bisa memanfaatkan ini dengan baik dalam merancang vaksin Covid-19 baru yang menargetkan penyakit lain, seperti TB, HIV, Hepatitis C dan kanker," kata Prof Burkhard dikutip dari Express.
Para peneliti juga menemukan adenovirus dapat masuk ke sel jaringan berumur panjang, yang dikenal sebagai sel retikuler fibroblastic. Sel tersebut bertindak sebagai tempat untuk melatih sel T dalam tubuh untuk mengenali virus corona.
Penelitian terbaru ini berangkat dari penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca lebih efektif dalam menghasilkan sel T dibandingkan vaksin mRNA, seperti vaksin Pfizer dan Moderna.
Tujuan akhir dari vaksin adenovirus ini adalah menginduksi perlindungan sistem kekebalan tubuh jangka panjang menggunakan antibodi dan sel T. Penelitian ini akan membantu memahami proses vaksinasi dan efeknya pada sel T.