Suara.com - Ketua Tim Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof. dr. Zubairi Djurban mengungkapkan penyebab banyaknya pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri justru meninggal dunia.
Menurutnya, kondisi itu lantaran pasien sebenarnya sudah bergejala berat tetapi tidak bisa dirawat di rumah sakit lantaran sudah penuh.
"Karena banyak pasien dengan keluhan berat tidak bisa masuk ke rumah sakit. Artinya, tidak 100 persen pasien Covid-19 itu sebenarnya boleh isoman begitu saja," kata prof. Zubairi dikutip dari tulisannya di Twitter pribadinya, Minggu (18/7/2021).
Ia menambahkan, pasien Covid-19 yang boleh isolasi mandiri seharusnya memiliki rontgen paru dengan kondisi normal juga saturasi oksigen baik.
Baca Juga: Dokter Faheem Younus: Terapi Plasma Konvalesen Tak Bermanfaat Buat Pasien Covid-19
"Jadi, perlukah orang yang isolasi mandiri itu di-rontgen? Ya perlu. Sebab, kalau ditemukan pneumonia pada dirinya, maka perawatannya akan beda total," ucapnya.
Sebelumnya, Tim Koalisi Warga LaporCovid-19 mencatat ada 451 pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat isolasi mandiri karena terlambat mendapatkan pertolongan atau tidak terpantau dengan baik oleh pemerintah.
Dicatat bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah pasien Covid-19 isolasi mandiri yang meninggal dunia terbanyak. Co-Inisiator LaporCovid-19 Ahmad Arif mengungkapkan data ini didapat dari laporan warga melalui sistem pelaporan online serta pemberitaan media yang sudah terverifikasi.
"Ini data sementara yang kami temukan. Sampai tadi malam (Minggu, 11Juli), ada 451 pasien isoman yang terlacak dan terlaporkan meninggal di berbagai daerah di Indonesia," kata Arif dalam jumpa pers virtual, Senin (12/7/2021).
Ratusan korban tersebut berasal dari 12 provinsi dan 62 kabupaten/kota yang terlacak, Jawa Barat menjadi provinsi yang paling banyak pasien meninggal saat isoman sebanyak 160 orang, Kota Bekasi 61 korban, dan Sleman 44 korban.
Baca Juga: 40 Persen Pasien Covid-19 yang Meninggal Punya Komorbid Diabetes