Vaksin Pneumonia Apakah Boleh Diberikan dengan Vaksin Lain? Ini Kata Dokter Anak

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 16 Juli 2021 | 16:42 WIB
Vaksin Pneumonia Apakah Boleh Diberikan dengan Vaksin Lain? Ini Kata Dokter Anak
Ilustrasi paru-paru, pneumonia (Pixabay/oracast)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dokter anak menyebut imunisasi rutin tidak boleh ditinggalkan di tengah pandemi Covid-19, termasuk vaksin pneumonia.

Dilansir ANTARA, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita mengatakan bahwa Pneumococcal Conjugate Vaccine (PVC) untuk mencegah anak terkena pneumonia boleh diberikan berbarangen dengan vaksin lain terutama pada masa pandemi COVID-19 sekarang ini.

"Imunisasi PCV bisa diberikan bersamaan dengan vaksin lain terutama selama pandemi," katanya.

Cissy menyebutkan, vaksin yang boleh diberikan bersamaan dengan PCV seperti diphteria, tetanus, acellular atau whole cell pertussis, Haemophilus influenza type b, inactivated poliomyelitis, hepatitis B, meningococcal serogroup C, MMR dan varicella serta tt-conjugated meningococcal polysaccharide serogroups A, C, W dan Y.

Baca Juga: Studi: Obat Aspirin Berpotensi Cegah Stroke pada Pasien Pneumonia

Ilustrasi pneumonia [shutterstock]
Ilustrasi pneumonia [shutterstock]

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian imunisasi PCV sejak tahun 2020 sebanyak dua kali pada anak usia 7-12 bulan dengan minimal jarak satu bulan (booster diberikan setelah anak berumur 12 bulan dengan jarak minimal 2 bulan dari dosis sebelumnya).

Pada anak 1-2 tahun, pemberiannya 2 kali dengan jarak 2 bulan. Lalu pada anak berusia 2-5 tahun, PCV10 diberikan sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan dan PCV13 sebanyak 1 kali.

Di sisi lain, vaksin PCV ternyata tak hanya bisa membantu mencegah anak terkena pneumonia, tetapi juga penyakit lain seperti meningitis dan radang telinga.

Soal efek simpang, menurut Cissy, sama seperti vaksin lain seperti nyeri di tempat suntikan, demam, anak rewel yang mudah hilang dan tidak membutuhkan pengobatan. Tetapi kalaupun orangtua ingin memberikan pengobatan untuk mengatasi efek ini, maka dibolehkan.

Pneumonia terjadi akibat adanya infeksi pada jaringan paru-paru sehingga menyebabkan pertukaran gas tidak bisa terjadi. Bakteri penyebab sakit salah satunya pneumokokus terhisap kemudian berkembang di tenggorokan melalui darah lalu ke tempat lain atau paru-paru.

Baca Juga: Perhatikan Gejala Covid-19 Pada Anak, Waspadai Gejala-gejala Seperti Ini

Penyakit ini punya sederet gejala antara lain demam, anak merasa lemas, dan tidak mau makan serta minum, kesadarannya menurun sehinga terus tidur, masalah pada saluran cerna seperti diare, batuk.

Selain itu, anak bernapas cepat, merintih karena merasa sakit, cuping hidung kembang kempis karena ingin oksigen sebanyak mungkin serta tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat menarik napas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI