Studi: Vaksin Covid-19 Membangun Antibodi Lebih Kuat daripada Pulih dari Infeksi

Jum'at, 16 Juli 2021 | 13:18 WIB
Studi: Vaksin Covid-19 Membangun Antibodi Lebih Kuat daripada Pulih dari Infeksi
Ilustrasi vaksin COVID-19 (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang yang telah divaksinasi Covid-19 penuh (dua dosis) memiliki respons sistem kekebalan yang jauh lebih kuat terhadap virus corona baru, daripada mereka yang sebelumnya telah terinfeksi. Hal ini dinyatakan dalam penelitian dari Israel.

Perlu diingat bahwa vaksinasi di Israel menggunakan Pfizer. 

"Individu yang divaksinasi memiliki tingkat antibodi tertinggi, hampir tiga kali lebih tinggi daripada individu yang pulih dari gejala Covid-19," sebuah tim Israel melaporkan seperti yang dikutip dari Medicinenet.

Sementara 99,4 persen orang yang divaksinasi dan dinyatakan positif memiliki antibodi penangkal Covid-19 dalam sampel darah hanya enam hari setelah dosis vaksin kedua mereka, jumlah ini turun menjadi hanya di bawah 76 persen untuk orang yang pulih dari Covid-19 infeksi.

Baca Juga: Daftar Terbaru 182 Tempat Isolasi Mandiri di Jakarta, Sekolah, Rumah Lurah Sampai GOR

Temuan ini mungkin mendorong orang  yang pernah terinfeksi untuk tetap mendapatkan vaksin.

"Ini adalah studi yang menggembirakan yang lebih lanjut menegaskan bahwa vaksinasi terhadap Covid-19 memberikan respons kekebalan yang lebih kuat daripada pulih dari infeksi," kata pakar Covid-19 Dr. Eric Cioe-Peña yang mengarahkan Kesehatan Global di Northwell Health, di New Hyde Park , NY Dia tidak terlibat dalam penelitian baru.

Ilustrasi Vaksin Covid
Ilustrasi Vaksin Covid

Melansir dari Medicinenet, Studi ini juga menemukan bahwa pria dan wanita memiliki tingkat antibodi yang berbeda setelah vaksinasi atau infeksi.

"Sudah diketahui bahwa ada perbedaan dalam respons kekebalan yang bervariasi menurut jenis kelamin," kata ahli virologi Dr. Amesh Adalja, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

"Ini kemungkinan hasil dari perbedaan proporsi hormon seperti estrogen dan testosteron," kata Adalja, seorang sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, di Baltimore.

Baca Juga: Tulis 5 Hal Absurd, BEM FISIP Unpad: Kami Bersama Presiden Jokowi, Tapi... Boong

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI