Mengenal Lebih Jauh tentang Virus Covid-19 Varian Delta

Kamis, 15 Juli 2021 | 09:38 WIB
Mengenal Lebih Jauh tentang Virus Covid-19 Varian Delta
Ilustrasi Covid-19. (Suara.com/Eko Faizin)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - dr. Indra Yovi, SpP (K), Dokter Spesialis Paru & Pernapasan Eka Hospital Pekanbar mengatakan, tren kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat sejak akhir Mei 2020. Saat ini, Covid-19 disertai munculnya Virus Corona Varian Delta.

Virus Corona Varian Delta memiliki nama kode B.1.617.2 dan pertama kali terdeteksi di India pada akhir 2020. Penelitian menunjukan bahwa Varian Delta dikaitkan dengan risiko penularan yang diperkirakan 60 persen lebih tinggi daripada Varian Alfa, yang sudah jauh lebih menular daripada versi asli virus.

Jumlah kasus rawat inap pun meningkat akibat varian ini, tak terkecuali di Indonesia. Sebagian orang mungkin masih asing dengan Delta Covid-19.

Apakah gejalanya sama dengan virus varian pertama?

Baca Juga: Eka Hospital Hadirkan Layanan Terpadu Batu Ginjal

Menurut dr. Indra, Varian Delta merupakan perkembangan lebih lanjut dari mutasi SARS CoV-2. Varian ini lebih banyak ditemukan pada dewasa muda.

Varian Delta menghasilkan penyakit lebih berat. Efektivitas vaksin terhadap Varian Delta lebih rendah dalam mencegah Covid-19 bergejala. Satu dosis vaksin AZ atau Prizer hanya 33 efektif tehadap Delta (50 persen terhadap Alfa), sedangkan 2 dosis vaksin AZ 60 persen efektif terhadap delta.

Bagaimana cara Virus Varian Delta menular?
Virus bisa menular dengan beberapa cara, antara lain:
• Transmisi droplet, sangat ditekankan dalam penggunaan masker.
• Transmisi udara (aerosol), sangat disarankan untuk melakukan kegiatan seperti rapat
di dalam ruangan terbuka dan tetap menggunakan masker.
• Transmisi fomit, sangat ditekankan untuk pentingnya melakukan cuci tangan.

Apa saja gejalanya?
Gejala Covid-19 Varian Delta sangat bervariasi mulai dari gejala yang ringan hingga yang kritis.
1. Gejala ringan berupa demam, batuk, nyeri tenggorokan, anoreksia, dan sakit kepala.
2. Gejala sedang, meliputi gejala pneumonia (demam, batuk, sesak nafas, nafas cepat).
3. Gejala berat seperti demam ditambah salah satu dari frekuensi nafas >30x/menit,
distres pernafasan, saturasi oksigen 93 persen tanpa bantuan oksigen.

Kapan harus memeriksakan diri untuk PCR?
Swab PCR menjadi cara untuk mengetahui kondisi kesehatan terkait Covid-19. Lalu kapan waktu yang tepat untuk melakukan tes Covid-19 ini?
1. Setelah kontak erat dengan pasien Covid-19
Dikatakan kontak erat apabila bertatap muka dengan pasien Covid-19 atau gejala kemungkinan Covid-19 dalam radius 1 meter selama 15 menit atau lebih. Kemudian bersentuhan fisik dengan pasien Covid-19 atau gejala kemungkinan Covid-19, serta perawatan pasien atau gejala kemungkinan Covid-19 tanpa menggunakan APD standar.

Baca Juga: Eka Hospital Gunakan Metode Tanos untuk Lawan Batu Ginjal

2. Saat timbul gejala
Jika timbul gejala Covid-19 sebaiknya segera lakukan PCR.

Mengapa Harus Isolasi Mandiri?
Tujuan isolasi mandiri adalah untuk memutuskan mata rantai penularan Covid-19. Jika tidak dilakukan isolasi mandiri maka jika seorang terkonfirmasi positif Covid -19 dan tetap melakukan aktivitas, maka dia akan menularkan virus tersebut kepada rekan kerja, teman, keluarga serta orang lain di lingkungan sekitar.

Isolasi mandiri bisa dilakukan jika PCR positif dan tanpa gejala (sesak). Namun jika memiliki gejala sesak napas lebih dari 24 kali dalam satu menit dan saturasi oksigen < 94 persen harus dirujuk ke rumah sakit.

Berapa lama waktu Isolasi Mandiri?
Lamanya waktu isolasi mandiri diklasifikasikan menjadi 4, sebagai berikut:
1. Tanpa gejala: 10 hari sejak pengambilan tes Covid-19.
2. Gejala ringan: 10 hari ditambah 3 hari bebas gejala apapun.
3. Gejala sedang: 10 hari sejak timbul gejala ditambah 3 hari bebas gejala.
4. Gejala berat: 1x PCR negatif ditambah 3 hari bebas gejala. Pemantauan lanjutan isolasi
mandiri 7 hari.

Jangan lupa tetap kontrol ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau klinik setelah selesai isolasi). Untuk pemeriksaan PCR di akhir isolasi mandiri tidak perlu dilakukan.

Pada saat melakukan isolasi mandiri, lakukanlah aktivitas harian seperti di bawah ini:
1. Buka jendela kamar untuk cahaya matahari masuk dan sirkulasi udara.
2. Berjemur matahari 10-15 menit antara jam 07.00 -07.15.
3. Memakai masker saat bertemu keluarga atau orang lain di rumah.
4. Rutin cuci tangan dengan air mengalir atau hand sanitizer.
5. Olahraga rutin 3-5 kali seminggu.
6. Makan bergizi seimbang 3 kali sehari secara terpisah dengan keluarga.
7. Pisahkan cucian kotor dengan pakaian kotor keluarga lainnya.
8. Bersihkan kamar setiap hari, gunakan APD (minimal masker).
9. Cuci alat makan sendiri setelah selesai digunakan.
10. Periksa suhu tubuh dan saturasi oksigen setiap pagi dan malam.
11. Tidur di kamar pribadi yang terpisah dengan anggota keluarga lain.

Apa saja vitamin yang dibutuhkan?
Menjaga daya tahan tubuh sangat penting bagi tubuh mencegah berbagai penyakit, terutama di masa pandemi Covid-19. Mengonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral dapat membantu kita untuk tetap sehat melawan virus dan bakteri pembawa penyakit.

Berikut sejumlah vitamin yang bermanfaat untuk meningkatkan imun tubuh:
1. Vitamin C dan D.
2. Lanjutkan minum obat sesuai kondisi penyerta. Misalnya pasien memiliki hipertensi, maka konsumsi obat hipertensi dilanjutkan.
3. Khusus bagi yang bergejala ringan bisa mengonsumsi obat antivirus (hanya dengan resep dokter), serta pengobatan sesuai gejala, misalnya demam maka boleh minum paracetamol.

Berapa lama dapat sembuh dari Covid- 19?
Menurut WHO untuk kasus ringan masa penyembuhan selama 2 sampai 3 minggu (14-21 hari). Sementara untuk kasus berat dan kritis berkisar 3 sampai 6 minggu.

Bagaimana setelah sembuh dari Covid- 19?
Seseorang yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid- 19 tidak akan menularkan Covid- 19 lagi ke orang lain. Akan tetapi bagi seseorang yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 tetap punya risiko kecil kembali tertular.

Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah terdapat kekebalan terhadap Covid-19, sehingga penting untuk tetap menjalankan protokol kesehatan walaupun sudah sembuh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI