Suara.com - Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa perempuan dengan masalah inkontinensia urine melaporkan tingkat depresi yang lebih tinggi dan tingkat harga diri yang lebih rendah.
Inkontinensia urine sendiri adalah kondisi di mana seseorang sulit menahan buang air kecil, sehingga pengeluaran urine terjadi tanpa disadari.
Melansir dari Healthshots, penelitian ini dipresentasikan pada Kongres Asosiasi Urologi Eropa, EAU21.
Tim di balik penelitian ini telah mengimbau dokter untuk bertanya kepada wanita dengan inkontinensia tentang kesehatan mental mereka dan untuk menawarkan perawatan potensial.
Baca Juga: Saran Psikolog, Ini 4 Cara Mengelola Stres
Inkontinensia urine perempuan adalah gangguan umum yang sering terjadi pada perempuan yang lebih tua. Dalam hal ini, Margarida Manso dan rekan-rekannya di Pusat Rumah Sakit Universitas Sao Joao mengambil data dari survei berbasis populasi yang dijalankan oleh Kementerian Kesehatan Portugal setiap lima tahun.
Mereka menganalisis tanggapan dari sekitar 10.000 perempuan berusia 18 tahun ke atas, membandingkan prevalensi diagnosis depresi, penggunaan konsultasi kesehatan mental, dimensi penyakit kesehatan mental, dan perilaku adiktif antara perempuanyang melakukan dan tidak melaporkan inkontinensia urin.
Mereka menemukan bahwa sekitar satu dari sepuluh perempuan melaporkan mengalami inkontinensia urin, meningkat menjadi empat dari sepuluh selama lebih dari 75-an.
Perempuan yang melaporkan inkontinensia 66 persen lebih mungkin didiagnosis dengan depresi dan lebih sering mengunjungi dokter karena alasan kesehatan mental.
Mereka 65 persen lebih mungkin untuk melaporkan status kesehatan yang buruk, memiliki kesulitan lebih besar untuk berkonsentrasi dan memiliki lebih banyak perasaan bersalah dan harga diri yang lebih rendah daripada wanita tanpa inkontinensia.
Baca Juga: Alissa Wahid Ungkap Remaja Paling Rentan Alami Depresi Saat Pandemi, Apa Alasannya?
"Tingkat depresi yang tinggi dan harga diri yang rendah pada perempuan yang dilaporkan mengalami inkontinensia sangat memprihatinkan," ujar ahli Urologi, Margarida Manso.
"Inkontinensia urine dapat diobati dan meskipun ada beberapa efek samping potensial dari pengobatan, bagi beberapa wanita ini mungkin lebih baik daripada dampak kesehatan mental dari kondisi tersebut," tambahnya.