WHO: Suntikan Booster Vaksin Covid-19 Belum Diperlukan

Selasa, 13 Juli 2021 | 09:05 WIB
WHO: Suntikan Booster Vaksin Covid-19 Belum Diperlukan
Logo Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa suntikan ketiga vaksin Covid-19 atau booster sebenarnya belum diperlukan. 

Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan, sejauh ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa suntikan booster diperlukan bagi mereka yang telah menerima vaksin lengkap. Menurutnya, booster mungkin diperlukan suatu hari nanti, tetapi bukan dalam waktu dekat sekarang.

“Harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin mereka perlu diberikan sebagai dosis booster,” kata Swaminathan dikutip dari Channel News Asia.

Ia juga memperingatkan agar tidak ada yang mencampur atau mencocokkan vaksin Covid-19 antar jenis. Menurut WHO, belum ada kepastian keamanan dan kemanjuran jika mencampurkan berbagai vaksin dari jenis produsen berbeda.

Baca Juga: Polemik Vaksin Covid-19 Berbayar, Gibran: Stok di Solo Melimpah!

Ilustrasi Vaksin Covid
Ilustrasi Vaksin Covid

"Ini sedikit tren yang berbahaya. Kami masih tidak ada data dan bukti sejauh mencampur dan mencocokkan," kata Swaminathan.

Ia menambahkan, penelitian masih berlangsung, tetapi mengutip temuan awal dari Universitas Oxford di mana para peneliti menemukan jadwal vaksinasi campuran dari jenis AstraZeneca yang dikembangkan bersama oleh Oxford diikuti oleh vaksin Pfizer dengan menginduksi antibodi dan respons sel T yang lebih tinggi.

Namun, respons antibodi tertinggi terlihat setelah jadwal Pfizer-BioNTech dua dosis, dan respons sel T tertinggi dari Oxford-AstraZeneca dicampur oleh Pfizer-BioNTech.

Seorang penyelidik percobaan yang terlibat dengan studi AstraZeneca-Pfizer, Matthew Snape, profesor di bidang pediatri dan vaksinologi di University of Oxford, mencatat pada saat rilis pracetak bahwa rejimen vaksin campuran, jika cocok dapat memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam distribusi secara global.

Namun demikian, Swaminathan memperingatkan kemungkinan situasi kacau di berbagai negara jika masyarakat mulai memutuskan kapan mereka harus mengambil dosis kedua, ketiga atau keempat dari vaksinasi.

Baca Juga: Kantongi 45 Juta Dosis Vaksin, Pemerintah Bakal Sebar hingga ke Daerah Marginal

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga kembali 'menyentil' negara-negara kaya yang seharusnya tidak memesan suntikan booster untuk warga mereka yang sudah tervaksinasi, sementara masih banyak negara lain belum menerima vaksin Covid-19.

Tedros mengatakan, kematian akubat Covid-19 kembali meningkat. Varian Delta menjadi dominan dan banyak negara belum menerima dosis vaksin yang cukup untuk melindungi petugas kesehatan mereka.

"Varian Delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus Covid-19 dan kematian," kata Tedros dalam pengarahannya.

Ia mencatat bahwa varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India itu kini telah ditemukan di 104 negara.

"Kesenjangan global dalam pasokan vaksin Covid-19 sangat tidak merata. Beberapa negara dan wilayah telah memesan jutaan dosis booster, sebelum negara lain memiliki pasokan untuk memvaksinasi pekerja kesehatan mereka dan kelompok yang paling rentan," kata Tedros.

Dia menyebut produsen pembuat vaksin Pfizer dan Moderna sebagai perusahaan yang memberikan suntikan booster ke negara-negara yang sebenarnya sudah memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi.

Tedros mengatakan, produsen itu seharusnya mengalokasikan dosisnya ke COVAX, program berbagi vaksin terutama untuk negara-negara berpenghasilan menengah dan miskin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI