Suara.com - Vaksin Sputnik telah menjadi daya tarik dan menimbulkan kontroversi sejak pemerintah Rusia mengizinkan penggunaannya tahun 2020 lalu. Bahkan, mereka mengizinkannya sebelum hasil uji coba tahap awal dipublikasikan.
Tapi kini, Rusia dan banyak negara lain mulai menunjukkan bukti bahwa vaksin Sputnik itu aman dan efektif digunakan. Meskipun, masih ada pertanyaan tentang kualitas pengawasan untuk kemungkinan efek samping yang terjadi.
Vaksin Sputnik V juga dikenal sebagai Gam-Covid-Vac, yakni vaksin Covid-19 pertama yang terdaftar untuk penggunaan darurat. Saat itu, vaksin Covid-19 ini telah mendapat persetujuan dari 67 negara, termasuk Brasil, India dan Filipina.
Tapi, vaksin Sputnik V dan vaksin Sputnik Light belum menerima persetujuan untuk penggunaan darurat dari European Medicine Agency (EMA) atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: Waspada! Anak-anak Rentan Terpapar Virus Corona varian Delta
Sedangkan, persetujuan oleh WHO sangat penting untuk didistribusikan luas melalui inisiatif Akses Global Vaksin COVID-19 (COVAX), yang menyediakan dosis untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
Vaksin Sputnik ini sendiri dikembangkan oleh para ilmuwan di Pusat Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya di Moskow. Vaksin Covid-19 ini diizinkan untuk digunakan oleh Kementerian Kesehatan Rusia pada 11 Agustus 2020, lebih dari sebulan sebelum hasil uji coba fase I dan II dipublikasikan.
Hal itu pun memicu kemarahan publik, karena hasil uji coba vaksin Covid-19 Sputnik belum dipublikasikan tetapi sudah akan didistribusikan.
"Jika pemerintah menyetujui vaksin ini sebelum masyarakat mengetahui hasil uji cobanya, maka itu tidak akan membangun kepercayaan," kata ahli epidemiologi, Michael Toole di Burnet Institute di Melbourne, Australia dikutip dari Nature.
Namun, kekhawatiran itu hilang ketika hasil uji coba fase 3 vaksin Sputnik diterbitkan pada bulan Febuari 2021 oleh pengembang vaksin. Hasilnya menunjukkan bahwa vaksin Sputnik ini 91,6 persen efektif mencegah infeksi gejala virus corona Covid-19 dan 100 persen efektif mencegah infeksi parah.
Baca Juga: Jarang Terjadi, Perempuan Belgia Terpapar 2 Virus Corona Varian Alpha dan Beta
Meski begitu, para ilmuwan mengkritik penulis karena gagal memberikan akses ke data mentah yang lengkap dari uji coba tahan awal. Para penulis menanggapi bahwa mereka telah memberikan kepada pihak berwenang semua data yang diperlukan untuk mendapatkan persetujuan.
Jadi, mereka merasa cukup hanya melaporkan tingkat kemanjuran vaksin tersebut kepada publik. Meskipun vaksin ini belum mendapat persetujuan dari EMA atau WHO, beberapa negara sudah memproduksi vaksin Sputnik V, termasuk Korea Selatan, Argentina dan India.
Vaksin Sputnik V adalah vaksin adenovirus yang berarti menggunakan adenovirus yang direkayasa. Adenovirus adalah virus yang umumnya menyebabkan penyakit ringan sebagai mekanisme pengiriman untuk memasukkan kode genetik protein lonjakan SARS-CoV-2 ke dalam sel manusia.
Vaksin Sputnik V ini mirip dengan vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson. Tapi, vaksin Sputnik menggunakan adenovirus yang berbeda, yakni rAd26 dan rAd5 untuk kedua dosisnya.
Menurut siaran pers dari Institut Gamaleya, hasil uji coba pada 3,8 juta orang di Rusia yang suntik vaksin Sputnik dua kali menunjukkan tingkat kemanjuran 97.6 persen.
Angka yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Uni Emirat Arab, pada sekitar 81.000 orang yang telah menerima dua dosis vaksin Sputnik, menunjukkan tingkat kemanjuran 97,8 persen dalam mencegah gejala virus corona dan 100 persen mencegah penyakit parah.
Studi fase III Rusia juga menemukan bahwa satu kali suntikan vaksin Sputnik V adalah 73,6 persen efektif untuk mencegah penyakit sedang hingga berat.
Hal ini menyebabkan otoritas kesehatan Rusia menyetujui satu dosis vaksin Sputnik Light, yang menggunakan vektor rAd2 pada Mei 2021. Data dari program vaksinasi Rusia sendiri menunjukkan bahwa vaksin Sputnik Light itu 79,4 persen efektif mencegah penyakit simtomatik.