Bertahun-tahun Menikah Tapi Belum Punya Anak, Kapan Perlu Program Bayi Tabung?

Jum'at, 09 Juli 2021 | 12:19 WIB
Bertahun-tahun Menikah Tapi Belum Punya Anak, Kapan Perlu Program Bayi Tabung?
ilustrasi program bayi tabung. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasangan suami dan istri yang sudah menikah namun belum juga memiliki anak bisa melakukan program bayi tabung sebagai salah satu bentuk usaha.

Sebab menurut dr Shanty Olivia Jasirwan, Sp.OG-KFER, belum juga memiliki anak setelah bertahun-tahun menikah bisa menandakan adanya gangguan kesuburan.

"Pada kondisi tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi untuk mencari tahu penyebab dan penanganannya dengan program kehamilan yang tepat," kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi dan reproduksi dr. Shanty Olivia Jasirwan, Sp.OG-KFER dalam keterangan tertulis kepada suara.com, Jumat (9/7/2021).

Menurut dokter Shanty, salah satu program kehamilan yang bisa dilakukan yakni dengan bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).

Baca Juga: Menurut Ahli, Begini Cara Diabetes Mempengaruhi Kesuburan Pria dan Wanita

Ilustrasi bayi tabung [shutterstock]
Ilustrasi bayi tabung [shutterstock]

Ia menyampaikan, program bayi tabung bisa menjadi harapan baru bagi para pasangan yang mengalami gangguan kesuburan.

Ada beberapa faktor pendorong program bayi tabung bisa dilakukan. Di antaranya ketika kedua saluran telur tersumbat, kualitas sel telur yang kurang baik seperti pada endometriosis, usia perempuan sudah lanjut, kualitas sperma yang buruk, serta disfungsi seksual.

"Terkadang, program bayi tabung juga dibutuhkan pada kondisi gangguan pematangan sel telur yang tidak juga berhasil dengan hanya pemberian obat-obat pembesar telur. Apabila Anda dan pasangan memiliki masalah ini, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi," saran dokter Shanty.

Akan tetapi, diakui dokter Shanty bahwa program bayi tabung juga ada risikonya. Oleh sebab itu, program bayi tabung harus dijalankan oleh pasangan yang benar-benar siap fisik dan mental. Ditambah dengan dukungan kemahiran dokter dan perawat yang dapat mengarahkan, membimbing, dan membantu prosesnya, kata dokter Shanty.

Ia menyarankan untuk mengecek kompetensi tim dokter yang menangani program bayi tabung, tim perawat, embriologis, hingga andrologisnya.

Baca Juga: Rumah Sakit Unhas Luncurkan Pusat Bayi Tabung

"Beberapa klinik bayi tabung bahkan memiliki maternity counsellor yang secara personal mendampingi pasien dan program bayi tabung dibuat sesuai kebutuhan pasien," ujarnya.

Adapun beberapa risiko yang mungkin dapat terjadi ketika menjalani program bayi tabung:

  • Sindroma hiperstimulasi ovarium (ovarian hyperstimulation syndrome/OHSS), sekitar 2 persen
  • Kehamilan multipel (kembar)
  • Kehamilan ektopik
  • Pendarahan atau cidera pembuluh darah dalam rongga perut saat tindakan panen telur
  • Infeksi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI