Waspada, Perubahan Iklim Berpotensi Tingkatkan Risiko Malaria dan DBD

Jum'at, 09 Juli 2021 | 08:03 WIB
Waspada, Perubahan Iklim Berpotensi Tingkatkan Risiko Malaria dan DBD
Ilustrasi nyamuk. (Pixabay/Skeeze)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perubahan iklim dapat menempatkan manusia pada beragam penyakit dari nyamuk seperti malaria dan demam berdarah. Dalam hal ini, para peneliti melihat bagaimana berbagai wilayah seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Asia mengalami pemanasan global. 

Melansir dari Medicinenet, jika suhu naik sekitar 3,7 derajat Celcius pada tahun 2100 dibandingkan dengan tingkat pra-industri, sebanyak lebih dari 4,7 miliar orang secara global mungkin berisiko terkena penyakit ketimbang tahun 1970 hingga 1999.

Artinya, sebanyak 8,4 miliar orang di seluruh dunia dapat berisiko terkena malaria dan demam berdarah pada akhir abad ini.

Penelitian tersebut telah diterbitkan pada jurnal The Lancet Planetary Health.

Baca Juga: Cegah Perebakan DBD di Yogyakarta dengan Pengendalian Vektor Terpadu

Malaria dan demam berdarah adalah ancaman kesehatan global yang dibawa nyamuk paling signifikan. Penyakit ini ditemukan di lebih banyak daerah yang sebelumnya tidak terpengaruh dan muncul kembali di lokasi di mana mereka telah surut selama beberapa dekade.

"Hasil kami menyoroti mengapa kita harus bertindak mengurangi emisi untuk membatasi perubahan iklim," kata rekan penulis studi Felipe Colón-González, asisten profesor di London School of Hygiene & Tropical Medicine.

"Pekerjaan ini sangat menunjukkan bahwa pengurangan emisi gas rumah kaca dapat mencegah jutaan orang tertular malaria dan demam berdarah. Hasilnya menunjukkan skenario emisi rendah secara signifikan mengurangi lama penularan, serta jumlah orang yang berisiko," imbuhnya. 

Dia menambahkan bahwa pembuat kebijakan dan pejabat kesehatan masyarakat harus bersiap-siap untuk semua skenario terbutuk, termasuk kondisi di mana emisi tetap pada tingkat tinggi.

"Ini sangat penting di daerah yang saat ini bebas penyakit dan di mana sistem kesehatan cenderung tidak siap untuk wabah besar," kata Colón-González.

Baca Juga: Miris! Terumbu Karang di Florida Terancam Hilang Selamanya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI