Stunting dan Wasting, 2 Masalah Kekurangan Gizi Ini Masih Terjadi di Indonesia

Jum'at, 09 Juli 2021 | 07:53 WIB
Stunting dan Wasting, 2 Masalah Kekurangan Gizi Ini Masih Terjadi di Indonesia
Ilustrasi tinggi badan anak, tubuh pendek atau stunting. ( Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia termasuk salah satu negara yang mengalami beban ganda gizi. Bapennas mencatat angka kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi. 

Data Studi Status Gizi Balita tahun 2019 menunjukkan bahwa 27,67 persen balita di Indonesia mengalami stunting atau anak pendek. Di sisi lain, terdapat 8 persen balita mengalami kelebihan gizi atau obesitas pada 2018. 

Permasalahan kekurangan maupun kelebihan gizi itu terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kondisi tersebut juga dialami oleh anak dari berbagai kelompok sosial ekonomi, baik keluarga miskin maupun kaya. 

"Hal ini menjelaskan bahwa penyebab stunting bersifat multidimensional, tidak hanya kemiskinan dan keterbatasan akses pangan tetapi juga pola asuh dan pemberian makan pada balita," kata Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas Pungkas Ali dalam webinar Bappenas, Kamis (8/7/2021).

Baca Juga: Sambut Bonus Demografi, Pengentasan Stunting Harus Dikebut

Stunting hambat tinggi badan anak. (Shutterstock)
Stunting hambat tinggi badan anak. (Shutterstock)

Sayangnya, kekurangan gizi di Indonesia tidak hanya masalah stunting, tetapi juga ada wasting atau bayi kurus.

Diakui Pungkas, selama ini kasus stunting memang lebih banyak diperbincangkan lantaran jumlahnya yang mendominasi dibandingkan wasting. 

Meski begitu, Pungkas mengatakan masyarakat juga tetap perlu mengetahui informasi tentang wasting agar bisa mencegah bayi terlalu kurus.

"Memang selama ini fokus penyelesaian masalah kesehatan pada stunting karena jumlahnya yang hampir 28 persen, tapi wasting juga perlu jadi perhatian," ucapnya.

Menurut Pungkas, besarnya permasalahan gizi perlu diimbangi juga dengan informasi yang benar kepada masyarakat. Hal tersebut termasuk dalam pelurusan hoax dan misinformasi mengenai kesehatan dan gizi.

Baca Juga: Cara Oki Setiana Dewi Asuh 4 Anak Sekaligus, Bisa Ditiru Nggak Ya?

Pungkas lalu mengungkapkan, tak sedikit orangtua yang menganggap anaknya terlalu pendek karena faktor keturunan, bukan masalah kekurangan gizi. Itulah mengapa edukasi menjadi sangat penting.

Peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr. Asih Setiarini menjelaskan, perbedaan antara stunting dan wasting terlihat pada bentuk fisik bayi. Indeks stunting dinilai dari panjang badan anak menurut usianya, sedangkan wasting merupakan berat badan menurut panjang badan anak.

"Wasting itu tidak melihat umur karena yang dilihat adalah berat badan, apakah proporsional terhadap tinggi badan. Kalau angkanya kurang, berarti kita katakan dia kurus," jelas dr. Asih.

"Kemudian kalau stunting, pendek. Jadi harusnya tingginya si anak sesuai dengan umurnya. Tetapi karena tidak memenuhi pertumbuhan tinggi badan, jadi dia lebih pendek daripada usianya," imbuh sang dokter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI