Hits Health: Tips Psikolog Cegah Anak Ansos, Dokter Anjurkan Random Testing

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 08 Juli 2021 | 10:11 WIB
Hits Health: Tips Psikolog Cegah Anak Ansos, Dokter Anjurkan Random Testing
Ilustrasi Anak & Gadget. (pexels.com/Jessica Lewis)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tips dari psikolog untuk mencegah anak jadi anti sosial menjadi berita hits health paling banyak dibaca kemarin, Rabu (7/7/2021).

Ada juga saran dokter untuk melakukan random testing demi mencegah orang keluar rumah hingga mengenal PMDD alias nyeri menstruasi yang lebih lama.

Simak rangkuman berita hits health lainnya dari Suara.com, berikut ini:

1. Agar Tidak Ansos, Ini Tips Psikolog Ajarkan Anak Sosialisasi Selama Pandemi

Baca Juga: China Lockdown Lagi dan 4 Berita Kesehatan Menarik Lainnya

Ilustrasi Anak-Anak. (pexels/@samerdaboul)
Ilustrasi Anak-Anak. (pexels/@samerdaboul)

Anak balita yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan biasanya senang bermain dengan teman sebayanya. Namun akibat kondisi pandemi Covid-19 saat ini, peluang anak untuk bermain di luar rumah juga bertemu dengan orang lain sangat terbatas.

Padahal bertemu teman sebaya maupun orang dewasa selain orangtuanya bisa menjadi stimulasi kemampuan sosialisasi anak. Psikolog Pritta Tyas Mangestuti mengatakan, stimulus sosial anak masih bisa dilakukan tanpa harus keluar rumah dan bertemu orang selain anggota keluarga. 

Baca selengkapnya

2. Kenali PMDD, Nyeri Menstruasi yang Lebih Parah dari PMS

Menstruasi (Envato)
Menstruasi (Envato)

Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) adalah bentuk PMS yang lebih parah. Karena gejala PMDD yang tergolong parah, terkadang kondisi ini membuat penderitanya memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Baca Juga: Agar Tidak Ansos, Ini Tips Psikolog Ajarkan Anak Sosialisasi Selama Pandemi

PMDD adalah gangguan terkait hormon yang bisa menyebab banyak gejala emosional dan fisik setiap bulan selama satu atau dua minggu sebelum Anda memulai menstruasi.

Baca selengkapnya

3. Dokter: Random Testing Covid-19 di Tempat Umum Bisa Jadi Trik Tertibkan Warga

Petugas kesehatan melakukan test usab antigen massal secara serentak di Kelurahan Purwokerto Wetan, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Senin (18/1/2021). (Suara.com/Anang Firmansyah)
Petugas kesehatan melakukan test usab antigen massal secara serentak di Kelurahan Purwokerto Wetan, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Senin (18/1/2021). (Suara.com/Anang Firmansyah)

Dewan Pakar Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS menyatakan bahwa testing secara acak perlu untuk dilakukan terutama di masa Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Menurutnya, testing acak bisa membuat warga enggan keluar rumah. 

"Selain peran masyarakat, sebenarnya ada hal pararel yang harus dilakukan [pemerintah], yaitu testing, tracing, dan treatment dalam hal ini pemerintah punya peranan," kaya Dr Hermawan dalam  Dialog Rabu Utama Pagi di Media Center KPCPEN, Rabu (7/7/2021).

Baca selengkapnya

4. Kasus Covid-19 RI Tembus 34 Ribu, Epidemiolog: Sudah Dipredikasi dari Awal Tahun

Pasien COVID-19 memakai alat bantu oksigen menunggu untuk mendapatkan tempat tidur perawatan di IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Pasien COVID-19 memakai alat bantu oksigen menunggu untuk mendapatkan tempat tidur perawatan di IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Kasus harian Covid-19 di Indonesia kembali mencatat rekor baru. Dalam satu hari, tercatat ada lebih dari 34 ribu kasus baru, dan lebih dari 1000 pasien Covid-19 meninggal dunia.

Kondisi ini membuat khawatir sejumlah pihak. Menanggapi hal tersebut, Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa situasi yang terjadi di Indonesia saat ini sudah diprediksi sejak awal tahun 2021.

Baca selengkapnya

5. Pakai Vaksin AstraZeneca, Pria 57 Tahun Ini Alami Lumpuh Kaki

Ilustrasi pasien lumpuh karena vaksin Covid-19 (Unsplash)
Ilustrasi pasien lumpuh karena vaksin Covid-19 (Unsplash)

Seorang pria 57 tahun mengalami kelumpuhan setelah beberapa hari suntik vaksin Covid-19. Pria bernama Anthony Shingler itu mengalami efek samping yang sangat langka sehingga harus terbaring di tempat tidur.

Sebelumnya, Anthony, seorang penjaga keamanan ini mendapatkan suntikan pertama vaksin AstraZeneca 3 bulan lalu. Setelah itu, ia didiagnosis menderita sindrom Guillain-Barre (GBS), yakni kondisi langka dan serius yang disebabkan oleh saraf.

Baca selengkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI