Normalkah Pendarahan Setelah Menopause? Begini Saran dari Ahli Medis

Senin, 05 Juli 2021 | 15:31 WIB
Normalkah Pendarahan Setelah Menopause? Begini Saran dari Ahli Medis
Ilustrasi menstruasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Proses menstruasi setiap wanita akan berhenti secara bertahap seiring bertambahanya usia. Ketika wanita berhenti menstruasi dan tidak bisa lagi hamil secara alami, tahapan ini disebut menopause.

Tapi, ada wanita mungkin mengalami pendarahan setelah menopause. Profesor Stelios Doumouchtsis, konsultan dokter kandungan dan ginekolog menyarankan wanita untuk tidak mengabaikan pendarahan setelah menopause.

Karena, pendarahan setelah menopause bisa menjadi tanda bahaya. Meskipun wanita yang mengalami menopause bisa memakan waktu 1 tahun penuh tanpa periode menstruasi, Profesor Doumouchtsis mengatakan kalau mereka mungkin bisa mengalami pendarahan ringan atau bercak sesekali.

Dalam kebanyakan kasus, pendarahan di tengah proses menopuase ini tidak terlalu serius. Tapi, wanita harus melakukan pemeriksaan dengan dokter umum atau ginekolog untuk mendeteksi tidak ada tanda-tanda sel prakanker atau kanker.

Baca Juga: Redakan Efek Samping Vaksin Covid-19, Cobalah Konsumsi 5 Makanan Ini!

Setiap pendarahan vagina setelah menopause perlu diperiksa oleh dokter atau ginekolog. Kasus seperti ini pun jumlahnya sangat sedikit dan darah yang keluar juga tidak terlalu banyak.

Ilustrasi menopause (shutterstock)
Ilustrasi menopause (shutterstock)

Jika Anda mengalami pendarahan setelah satu tahun tidak menstruasi, kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pendarahan setelah satu tahun tanpa periode menstruasi dan wanita telah dinyatakan menopause, pendarahan ini bisa jadi disebabkan oleh kadar estrogen rendah yang mempengaruhi lapisan rahim.

Kadar estrogen yang rendah ini bisa ditandai dengan lapisan rahim yang menebal atau menipis. Tanda lainnya juga bisa berupa pertumbuhan jaringan yang tidak normal, tetapi tidak berbahaya dan dikenal sebagai polip.

"Lapisan rahim yang menebal bisa disebabkan oleh terapi penggantian hormon, kadar estrogen tinggi atau kelebihan berat badan," kata Profesor Doumouchtsis dikutip dari Express.

Profesor Doumouchtsis menghimbau para awanita agar tidak menyepelekan pendarahan setelah menopause ini. Karena, dokter spesialis harus mengidentifikasi penyebabnya untuk mencegah pertumbuhan sel kanker.

Baca Juga: Sembuh dari Virus Corona, Berapa Lama Gejala Long Covid-19 Muncul?

Dokter Spesialis mungkin akan melakukan pemeriksaan panggul dan vagina untuk memvisualisasikan dinding vagina dan leher rahim, pemindaian ultrasound rahim dan panggul, atau histeroskopi.

"Perlunya pembedahan untuk mengangkat polip atau sel yang mencurigakan ini tergantung pada hasil pemeriksaan medis," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI