Suara.com - Semua orang memang harus menjalani pola makan dan gaya hidup sehat untuk kebaikan tubuh sendiri. Sekarang ini pun sudah banyak pilihan pola makan sehat yang beberapa sudah menjadi trend.
Tetapi, tidak semua makanan sehat itu baik dikonsumsi. Bahkan Anda mungkin berpikir sangat mustahil makanan sehat bisa menyebabkan penyakit.
Faktanya dilansir dari Times of India, ada banyak gangguan obsesif-kompulsif yang terkait dengan kebiasaan makan, salah satunya orthorexia.
Orthorexia juga dikenal sebagai orthorexia nervosa, yakni jenis gangguan makan yang ditandai dengan fiksasi berlebihan dengan kebiasaan makan sehat.
Baca Juga: Positif Virus Corona Covid-19, Begini Langkah-langkah Isolasi Mandiri di Rumah!
Tak seperti gangguan makan lainnya, sebagian besar kasus orthorexia ini berkaitan dengan kualitas makanan daripada kuantitas makanan. Orang dengan gangguan ini biasanya tak perlu khawatir dengan kondisi kesehatan fisiknya, karena mereka memang mengonsumsi makanan kualitas paling murni.
Meski begitu, para peneliti dan dokter mengatakan ada beberapa gejala orthorexia yang perlu diwaspadai, termasuk membaca daftar bahan dan label fakta gizi dari makanan yang ingin dikonsumsi secara kompulsif, menghilangkan semakin banyak item atau kategori makanan, cemas ketika ada makanan sehat yang tidak bisa diakses.
Namun, bukan berarti semua orang yang menjalani diet atau pola makan sehat akan berisiko mengalami orthorexia. Ketika suatu kebiasaan menjadi terpaku dan obsesif, hal itu bisa menjadi penyebab kekhawatiran.
Walaupun orthorexia ini tak terlalu mengkhawatirkan, tapi kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi secara fisik, mental dan sosial. Penderita bisa mengalami malnutrisi, anemia dan detak jantung yang sangat lambat karena kurangnya nutrisi yang dibutuhkan.
Malnutrisi parah bisa menyebabkan masalah pencernaan, ketidakseimbangan elektrolit dan hormonal, asidosis metabolik dan masalah kesehatan tulang.
Baca Juga: Suhu Tubuh Bisa Deteksi Virus Corona, Berapa Tingkat Suhu yang Normal?
Pada waktu bersamaan, seseorang mungkin menghadapi efek psikologis yang sangat besar, seperti kurang fokus dan kehilangan minat pada aktivitas sosial.