Suara.com - Sesak napas dan kekurangan oksigen termasuk gejala umum yang dialami pasien Covid-19. Akan tetapi, tidak semua pasien Covid-19 yang mengalami kesulitan bernapas membutuhkan rawat inap di rumah sakit.
Direktur All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) Dr Randeep Guleria mengatakan bahwa tidak setiap pasien Covid memerlukan bantuan napas melalui tabung oksigen. Kondisi yang memberatkan saat pasien benar-benar membutuhkan perawatan adalah ketika tanda-tandanya menjadi kritis dan mulai memengaruhi fungsi organ vital.
Salah satunya dipengaruhi oleh tingkat saturasi oksigen. Guleria menjelaskan, saturasi oksigen mengacu pada tingkat hemoglobin yang teroksigenasi dalam darah dan diangkut dari paru-paru ke berbagai organ sehingga membantu mempertahankan fungsi vital.
Saturasi oksigen yang diukur dengan oximeter dan menunjukan angka di atas 94 masih dianggap sehat. Sementara saturasi oksigen di bawah 94 telah dapat menyebabkan hipoksemia, yang dapat menimbulkan masalah lebih lanjut.
Baca Juga: Krisis Oksigen, 63 Pasien di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Meninggal Dunia
Saturasi oksigen yang turun secara konsisten hingga di bawah 90, dianggap sebagai tanda peringatan dan dibutuhkan bantuan medis segera.
Selain diukur dengan oximeter, orang yang mengalami penurunan satuasi oksigen umumnya akan mengalami sesak napas, kesulitan bernapas, hingga nyeri dada. Pada beberapa pasien Covid, penurunan kadar oksigen dan sesak napas itu dapat memperparah infeksi saluran pernapasan hingga memengaruhi fungsi organ vital.
Bisa juga muncul dalam bentuk Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau infeksi saluran pernapasan akut. Dikutip dari laman Times of India, berikut beberapa tanda yang harus diperhatikan jika saturasi oksigen pasien Covid-19 rendah:
1. Pantau selama 1-2 jam jika saturasi oksigen kurang dari 91
Kadar oksigen darah (SpO2) di atas 95 dianggap baik. Tetapi jika hasilnya antara 91-94 harus dipantau. Namun, seseorang harus mencari bantuan medis jika kadar oksigen turun atau secara konsisten bertahan di bawah tanda 91.
Baca Juga: Krisis Oksigen di RSUP Dr Sardjito, Polda DIY Kirim 100 Tabung
Penggunaan tabung oksigen di rumah atau terapi pernapasan tengkurap dapat membantu meningkatkan kadar oksigen. Namun, jika saturasi oksigen terus tidak stabil atau tetap sama selama 1-2 jam berturut-turut, perlu dianggap sebagai tanda untuk mencari bantuan medis segera.
2. Bibir kebiruan atau perubahan warna pada wajah
Beberapa gejala Covid yang parah dapat dengan mudah luput dari perhatian dan menyebabkan komplikasi di kemudian hari. Salah satunya adalah bibir kebiruan dan perubahan warna pada wajah.
Semburat kebiruan pada bibir, juga secara medis disebut sebagai sianosis, dapat terjadi ketika kadar oksigen dalam darah sangat rendah. Dalam keadaan normal, darah beroksigen yang sehat membuat warna kulit jadi kemerahan. Namun, ketika kadar oksigen dalam darah sangat rendah dapat menyebabkan warna kebiruan, pucat, dan kulit terasa sangat dingin.
Pasien yang mengalami happy hipoksia, tidak alami sesak napas meski kadar oksigen rendah, juga bisa alami kulit kebiruan yang menjadi tanda bahaya dan memerlukan perawatan kritis.
3. Nyeri di dada atau paru-paru
Kadar oksigen yang terus menurun adalah tanda bahaya serius bagi pasien Covid. Sementara dokter terus menekankan bahwa tingkat oksigen yang naik turun, dapat dikelola di rumah sampai batas tertentu.
Pasien harus segera bergegas untuk mendapatkan bantuan jika mengalami tanda seperti nyeri di dada, napas pendek, terengah-engah, nyeri terus-menerus, tekanan di dada, batuk terus menerus, gelisah, dan sakit kepala berdenyut.
4. Kebingungan, delirium, kehilangan kesadaran
Kekurangan kadar oksigen juga dapat membatasi aliran darah ke otak, di mana banyak pembuluh darah inti yang mengontrol fungsi neurologis normal. Ketika kadar oksigen menjadi sangat rendah, dapat menyebabkan banyak komplikasi neurologis seperti kebingungan, delirium, pusing, konsentrasi bermasalah, dan gangguan penglihatan.