Suara.com - Cerita tentang kehilangan anggota keluarga karena Covid-19 semakin hari semakin sering kita dengar, bahkan tak jarang cerita datang dari tenaga kesehatan.
Seperti cerita perawat bernama Triliana Purwadesi Yuliar, yang bekerja di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.
Triliana menyebut, ia bahkan sempat terpapar Covid-19 pada November 2020. Gejala yang dirasakannya adalah sakit kepala yang hebat.
“Itu yang paling dirasakan saat sakit kepala hebat. Lalu demam tapi sebenarnya tidak demam pas saya cek, mungkin karena rasa sakit kepala itu. Baru besoknya saya nggak masuk karena tidak kuat,” ungkapnya dalam acara Lego Covid-19, Kamis (1/7/2021).
Baca Juga: Ngamuk Tak Dapat Jatah Vaksin, Warga Pekanbaru Hajar Panitia Vaksinasi
Triliana mengatakan, saat dirinya menjalani PCR pertama hasilnya negatif. Lalu kemudian saat dirujuk kembali untuk PCR, hasil keduanya berakhir positif.
“Saya periksa Senin dan itu terpaksa harus ke rumah sakit karena tidak kuat, mau balik badan saja itu harus tarik napas panjang, karena saturasinya sudah rendah sekali. Jadi positifnya itu di hari Jumat saat ke rumah sakit lagi,” jelasnya.
Triliana juga bercerita dirinya sempat tidak melakukan isolasi mandiri di rumah. Ia menduga, apa yang ia rasakan sebelumnya bukan karena Covid-19.
Karena tidak melakukan isolasi mandiri, ia menularkan ke keluarga sehingga ibunya yang tertular meninggal dunia.
“Di rumah saya tidak melakukan isolasi mandiri dan tidak pisah dari orang tua. Dan itu menularkan ke ibu saya yang akhirnya meninggal,” ceritanya.
Baca Juga: Pimpin PPKM Darurat, Luhut Binsar Panjaitan Dijuluki Penguasa Pelindung Alam
Atas pengalaman lewat cerita tersebut, Triliana menegaskan bahwa apapun yang terjadi harus tetap patuhi protokol kesehatan.
“Buat teman-teman kita tidak boleh panik menghadapi pandemi ini, tapi kita harus tetap waspada dan terus lakukan protokol kesehatan,” ungkapnya.