Suara.com - Memantau saturasi oksigen dalam darah adalah hal penting untuk merawat pasien Covid-19. Sebab, virus SARS CoV 2 penyebab Covid-19 menyerang saluran napas, dan menganggu kinerja paru yang memicu gejala sesak napas.
Tapi sebenarnya apa itu saturasi oksigen? Bagaimana cara menghitung saturasi oksigen? Dan berapa kadar normal saturasi oksigen?
Mengutip situs Pusat Informasi Bioteknologi Nasional (NCBI), saturasi oksigen adalah ukuran seberapa banyak hemoglobin atau sel darah yang mengikat oksigen dan dibandingkan dengan hemogloblin yang tidak mengikat oksigen.
Sangat penting memastikan banyaknya sel darah yang membawa oksigen, dengan begitu tubuh bisa lebih sehat dan sistem metabolisme tubuh tetap terjaga.
Baca Juga: Pengertian Tabung Oksigen, Fungsi, Manfaat, Ukuran dan Penggunaannya
Pada kondisi kesehatan tertentu seperti asma, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), hingga Covid-19 saturasi oksigen perlu dipantau, terlebih apabila pasien mengeluhkan sesak napas atau nyeri dada.
Saturasi juga perlu dipantau untuk menentukan keberhasilan perawatan medis yang diberikan dokter.
Cara mengukur saturasi oksigen
Mengutip Healthline, mengukur saturasi oksigen bisa dilakukan dengan dua cara invasif (memasukkan alat ke tubuh pasien) ABG, dan non-invasif (tanpa memasukan alat ke tubuh pasien) dengan alat oksimetri.
1. Tes darah arteri (ABG)
Baca Juga: Anies Klaim Stok Tabung Oksigen untuk Pasien Covid Aman, Tapi Pedagang Berkata Lain
Disebut dengan asterial blood gas (ABG), dimana darah akan diambil untuk dilihat dan dites kadar oksigen dalam darah pasien. Darah akan menggunakan cairan pH (tingkat asam dan basa) tertentu. Itulah kenapa ABG adalah tes saturasi oksigen yang paling akurat.
Seperti namanya, dokter hanya akan mengambil darah yang ada di arteri. Tidak seperti darah yang ada di vena, darah di arteri cenderung memiliki denyut nadi yang kuat dan mudah dirasakan.
Bisa dipastikan juga darah yang diambil dari arteri mengandung oksigen, sehingga lebih mudah mengukur saturasi oksigen. Biasanya pembuluh darah arteri dekat dengan kulit, dan berwarna hijau atau biru.
Biasanya tes ABG diambil dari pembuluh darah di siku, karena lebih nyaman dibanding ambil darah dari bagian pergelangan tangan.
2. Alat oksimetri nadi
Jenis tes saturasi oksigen ini merupakan prosedur non invasif, karena memanfaatkan alat yang bernama oksimetri untuk memperkirakan jumlah oksigen dalam darah.
Alat oksimetri bekerja dengan mengirimkan cahaya inframerah ke kapiler jari, kaki atau daun telinga, untuk mengukur berapa banyak cahaya yang dipantulkan dari oksigen yang ada dalam darah.
Proses deteksi oksigen dalam darah ini dikenal dengan tingkat SpO2. Tidak seperti pada tes ABG, dengan oksimetri nadi terdapat presentase kesalahan 2 persen, yang berarti hasil sebenarnya 2 persen lebih tinggi atau lebih rendah dari hasil yang ditunjukan.
Mengecek saturasi oksigen dengan oksimetri ini memang sedikit kurang akurat, tapi sangat cepat dan mudah dilakukan, jika ditujukan untuk tes cepat.
Tidak seperti tes ABG yang harus dilakukan pakar atau petugas medis, tes saturasi oksigen dengan oksimetri ini bisa dilakukan oleh orang awam, dan jadi perangkat rumah yang lebih fleksibel.
Tolok ukur saturasi oksigen normal dan tidak normal
Berdasarkan tes ABG, normalnya paru-paru sehat tingkat saturaksi oksigen berada di kisaran 80 hingga 100 milimeter air raksa (mmHG).
Sedangkan jika diukur dengan oksimetri, saturasi normal harus berada di angka 95 hingga 100 persen. Namun normalnya orang dengan masalah paru atau PPOK mereka harus mempertahankan angka 88 hingga 92 persen.
Adapun tes ABG, tingkat saturasi oksigen rendah apabila angkanya di bawah 80 mmHG, sedangkan dengan oksimetri harus jadi perhatian apabila angka SpO2 berada di bawah 95.