Suara.com - Paranormal Mbak You meninggal pada Kamis (1/7) lalu. Semua diduga meninggal karena Covid-19, pihak keluarga membantah dan yang menyebut jika Mbak You meninggal karena sakit menahun yakni asma dan diabetes.
Setelah meninggal di kantornya di Jakarta, Mbak You lantas dibawa ke rumah sakit dan menjalani pemeriksaan Covid-19, dan hasilnya perempuan bernama asli Euis Juhariyah itu dinyatakan negatif Covid-19.
Terlepas dari itu, adakah hubungan antara penyakit asma dan diabetes seperti yang diderita Mbak You?
Mengutip The Diabetes Council, diabetes adalah kondisi dimana darah terkandung kadar gula yang tinggi. Ini disebabkan karena tubuh tidak memproduksi insulin cukup untuk mengolah gula jadi energi.
Baca Juga: Bikin Heboh, Paranormal Aceh Pernah Ramal Mbak You Meninggal Tahun 2021
Sedangkan asma merupakan kondisi saat seseorang mengalami kesulitan bernapas, akibat adanya pembengkakan pada saluran paru-paru.
Nah, hubungan antara kedua penyakit ini yakni seseorang yang memiliki diabetes berisiko mengalami asma, atau rasa sakit karena asma bisa diperparah karena diabetes. Hasilnya kadar glukosa atau gula dalam darah sulit dikendalikan bersamaan dengan gejala asma yang timbul.
Berbagai penelitian juga membuktikan, orang yang menderita diabetes tidak terkontrol, maka berisiko tinggi terserang asma. Hal ini karena fungsi paru-paru lebih lemah dibanding orang yang diabetesnya terkontrol dengan baik.
Penelitian juga membuktikan sebaliknya, disimpulkan orang yang menderita asma berisiko lebih tinggi mengalami diabetes, jadi harus sangat berhati-hati.
Sementara itu Dilansir WebMD, sebuah penelitian tahun 2011 yang menunjukkan bahwa asma dapat meningkatkan risiko terkena diabetes dan penyakit jantung.
Baca Juga: INFOGRAFIS: Fakta Meninggalnya Mbak You Dan Ramalan Kontroversinya
Pemimpin penelitian Young J. Juhn, MD, MPH, dari Mayo Clinic di Rochester, Minn, menyebut kondisi ini disebabkan karena adanya peradangan.
Juhn dan rekannya mengikuti 2.392 orang dengan asma dan 4.784 orang tanpa asma dari 1964 hingga 1983. Hasilnya, orang dengan asma berisiko lebih tinggi terkena diabetes dan penyakit jantung.
Pakar lain, Jerome V. Tolbert, MD, PhD, direktur program penjangkauan di Friedman Diabetes Institute dari Beth Israel Medical Center di New York City, juga mengatakan asma merupakan kondisi peradangan, itulah sebabnya mereka mengobatinya menggunakan steroid.
"Kami mengobati asma dengan steroid karena peradangan dan orang menjadi lebih baik," katanya.
Namun, Tolbert mengatakan steroid untuk mengobati asma juga dapat meningkatkan risiko diabetes. "Kadang-kadang steroid membuat orang dalam kondisi diabetes," tambahnya.
Mengingat tingginya tingkat prediabetes dan diabetes yang tidak terdiagnosis, Tolbert mendesak semua penderita asma diskrining untuk melihat apakah mereka berisiko terkena diabetes.
Namun, Juhn mengatakan bahwa penelitian ini harus diartikan secara hati-hati lantaran belum menjalani proses peer review pada saat itu.
"Meskipun penting bagi dokter untuk menyadari peningkatan risiko penyakit arteri koroner dan diabetes pada penderita asma, temuan ini harus ditafsirkan secara hati-hati mengingat sifat awal," kata Juhn dalam rilis berita.
Penelitian ini dipresentasikan pada pertemuan tahunan Akademi Alergi, Asma, & Imunologi Amerika di San Fancisco.