Dapat Izin BPOM, Apa Perbedaan Vaksin Sinovac, Sinopharm, Moderna dan AstraZeneca?

Jum'at, 02 Juli 2021 | 17:13 WIB
Dapat Izin BPOM, Apa Perbedaan Vaksin Sinovac, Sinopharm, Moderna dan AstraZeneca?
Ilustrasi Vaksin Covid-19 (getty image)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Indonesia memberikan vaksin kepada masyarakat dengan beberapa jenis yang berbeda. Sejauh ini, yang sudah maupun yang masih direncanakan untuk diberikan pada masyarakat adalah vaksin CoronaVac dari Sinovac, Astrazeneca, kemudian Sinopharm dan Moderna. 

Lalu, apa saja perbedaan vaksin Covid-19 tersebut?

1. CoronaVac SinoVac

Perusahaan biofarmasi yang berbasis di Beijing, Sinovac memproduksi CoronaVac, ini merupakan vaksin yang disetujui pertama kali di Indonesia. CoronaVac bekerja dengan menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk mengekspos sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa mempertaruhkan respons penyakit yang serius.

Baca Juga: Pakar Kritik Cara Pemerintah Tangani Wabah Covid-19: Kurangi Biaya Perjalanan Dinas!

"CoronaVac adalah metode (vaksin) yang lebih tradisional yang berhasil digunakan di banyak vaksin terkenal seperti rabies," kata Associate Prof Luo Dahai dari Nanyang Technological University kepada BBC.

Salah satu keunggulan utama Sinovac adalah dapat disimpan di lemari es standar pada 2-8 derajat Celcius. Satu studi China yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah The Lancet, menunjukkan vaksin memiliki efektivitas 65,3 persen pada pengujian di Indonesia dalam mencegah infeksi. 

Sinovac telah disetujui untuk penggunaan darurat pada kelompok berisiko tinggi di China sejak Juli dan kini telah mendapat persetujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Vaksin Sinovac yang bernama CoronaVac digunakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 21 Juni 2021. [AFP/Mohd Rasfan]
Vaksin Sinovac yang bernama CoronaVac digunakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 21 Juni 2021. [AFP/Mohd Rasfan]


2. Sinopharm

Melansir dari BBC, vaksin Sinopharm merupakan vaksin buatan China dan telah diujikan di beberapa negara. Vaksin Sinopharm telah masuk dalam list WHO dan mendapatkan EUA di China, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, dan Yordania, dan kini juga di Indonesia. Vaksin ini menggunakan platform yang sama dengan vaksin Sinovac, yaitu virus yang diinaktivasi.

Baca Juga: Banyak Nakes Tertular Covid, Wali Kota Magelang Siap 'Turun Gunung' Jadi Dokter Relawan

Dalam uji klinik di Uni Emirat Arab, efikasi vaksin Sinopharm mencapai 78 persen dan vaksin ini dapat digunakan pada populasi usia 18 tahun ke atas sampai lansia. 

Efek samping yang banyak dijumpai tergolong ringan, seperti nyeri atau kemerahan di tempat suntikan, dan efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare dan batuk. Efek-efek samping ini segera membaik dan umumnya tidak memerlukan pengobatan.

3. AstraZeneca

Melansir dari Prevention, vaksin AstraZeneca menggunakan teknologi vektor adenovirus, versi modifikasi yang tidak berbahaya dari virus flu biasa yang biasanya menyebar di antara simpanse. 

Hasil sementara dari laporan uji coba AstraZeneca di Amerika Serikat bahwa vaksin tersebut 76 persen efektif melawan infeksi Covid-19 yang bergejala setelah dua dosis dalam jarak empat minggu. Vaksin juga 100 persen efektif melawan penyakit parah dan rawat inap.

Sayangnya penggunaan vaksin ini banyak ditangguhkan di negara-negara eropa karena efek samping yang sangat jarang terjadi, yakni pembekuan darah. 

Ilustrasi vaksin AstraZeneca (Kolase foto/Unsplash/dok. istimewa)
Ilustrasi vaksin AstraZeneca (Kolase foto/Unsplash/dok. istimewa)


4. Moderna 

Vaksin Moderna telah mendapatkan perizinan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin Moderna buatan Amerika Serikat (AS) ini bisa disuntikkan kepada mereka yang berusia 18 tahun ke atas, termasuk di antaranya kelompok lanjut usia (lansia), dengan dosis 0,5 miligram dalam dua dosis dengan rentang minimal satu bulan.

"Berdasarkan kajian BPOM dan ITAGI, keamanan vaksin dapat ditoleransi baik reaksi lokal maupun sistemik, dengan tingkat keparahan 1 dan 2," ujar Kepala BPOM, Penny K. Lukito dalam keterangannya, Jumat (2/7/2021).

Adapun Kejadian Ikutan Pasca Imuniasi (KIPI) yang paling sering terjadi yakni nyeri di bekas suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi yang rerata didapatkan setelah penyuntikan dosis kedua.

Vaksin ini mengginakan teknologi mRNA yang penyimpanan vaksin berbeda dengan proses vaksin Covid-19 sebelumnya yang pernah diterima Indonesia. Vaksin Moderna ini harus disimpan dengan suhu minus 20 derajat celcius.

Teknologi mRNA sendiri memanfaatkan satu teknik genetika khusus yang dibuat dengan memberikan suatu potongan protein yang biasa terletak di permukaan luar virus corona. 

Selain efektivitasnya yang tinggi di mana mencapai 80 persen, vaksin moderna juga diseut paling baik dalam menangkal varian delta.  Covid-19 Moderna menunjukkan mampu atasi varian Delta, dalam studi laboratorium. Dengan sedikit penurunan respons kekebalan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI