Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap mendesak orang yang sudah divaksinasi harus terus memakai masker dan menjaga jarak ketika berada di area publik. Tindakan itu sekaligus untuk menghindari virus corona varian delta yang sangat menular.
"Vaksin saja tidak akan menghentikan penularan komunitas. Orang-orang perlu terus menggunakan masker secara konsisten, berada di ruang berventilasi, menjaga kebersihan tangan, jarak fisik, menghindari keramaian. Ini masih menjadi sangat penting. Bahkan jika Anda sudah divaksinasi masih memiliki transmisi komunitas yang sedang berlangsung," kata Dr. Mariangela Simao, asisten direktur jenderal WHO untuk akses ke obat-obatan dan produk kesehatan, dalam pengarahan di Jenewa, dikutip dari Fox.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut bahwa delta merupakan virus corona yang paling menular dari varian yang telah diidentifikasi sejauh ini. Juga menyebar dengan cepat di antara populasi yang tidak divaksinasi.
Varian Delta telah menyebar ke banyak negara, terutama yang belum mampu meningkatkan jumlah vaksinasi.
Baca Juga: WHO Sebut Varian Delta Lebih Menular, Vaksinasi Dianggap Tak Cukup
Di Inggris, varian itu sekarang mendominasi hingga 90 persen dari semua infeksi baru. Di Amerika Serikat, itu mewakili 20 persen dari infeksi, dan pejabat kesehatan mengatakan itu bisa menjadi jenis yang dominan di negara itu juga.
Vaksin dianggap sangat efektif terhadap varian delta, menurut sebuah studi baru oleh pemerintah Inggris, meskipun sedikit kurang dari strain aslinya.
Tetapi WHO mendesak mereka yang divaksinasi tetap bermain aman dengan memakai masker karena begitu banyak yang tidak divaksinasi secara global dan variannya telah menjadi penyebar utama di beberapa negara.
Australia, Selandia Baru, Bangladesh, Portugal, dan Israel semuanya terpaksa kembali ke beberapa bentuk penguncian karena varian yang berasal dari India tersebut, menurut Voice of America .
Belum jelas apakah varian tersebut membuat orang lebih sakit karena lebih banyak data perlu dikumpulkan, kata Dr. Jacob John, yang mempelajari virus di Christian Medical College di Vellore di India selatan.
Baca Juga: Covid-19 Dinilai Membaik, Spanyol Cabut Aturan Wajib Masker di Ruang Publik