Suara.com - Lonjakan kasus virus corona Covid-19 di hampir seluruh wilayah Indonesia tak hanya berdampak pada masyarakat, tetapi juga para tenaga kesehatan.
Jumlah pasien Covid-19 yang terus bertambah dan jumlah dokter yang terus bertumbangan karena positif virus corona Covid-19 ini pastinya membuat para tenaga kesehatan kewalahan.
Belum lagi, dokter dan para tenaga kesehatan lainnya mungkin sudah merasa sangat lelah berada di garda terdepan menangani pasien Covid-19 selama lebih dari 1 tahun ini.
Situasi ini dikhawatirkan akan membuat dokter dan para nakes mengalami burnout akibat pekerjaan yang tiada henti.
Baca Juga: Lonjakan Kasus Virus Corona di Jawa Tinggi, 846 Dokter Jateng Positif Covid-19
Terkait hal tersebut, dr. Adib Khumaidi, SpOT, Ketua Terpilih PB IDI mengaku belum memiliki data terbaru mengenai jumlah dokter yang mengalami burnout dan penanganan terbarunya.
Tapi, dr. Adib mengatakan bahwa data lama menunjukkan beberapa rumah sakit juga sudah memfasilitasi layanan konsultasi atau trauma center bagi dokter dan para nakes sebagai bentuk dukungan psikologis.
Meski begitu, dr. Adib berpendapatan bahwa membagi jam kerja yang jelas untuk dokter dan nakes justru lebih berperan penting dalam mengurangi risiko burnout dan depresi.
"Saran dari kami, salah satu upayanya ini mengatur pola kerja shifting untuk mengurangi risiko burnout dan depresi," kata dr. Adib dalam jumpa pers virtual, Jumat (25/6/2021).
Karena, kerja keras tanpa fase relaksasi dan tidak ada pembagian shifting akan memberikan beban psikis dan fisik kepada para nakes. Hal inilah yang akan meningkatkan risiko dokter dan nakes mengalami burnout hingga depresi.
Baca Juga: Kisah ODGJ di Tulungagung, Depresi Usai Ibu Diperkosa Paman dan Diajak Kabur Keponakan
Berdasarkan data awal dari FK Universitas Indonesia (UI) , ada 3 persen nakes yang mengalami burnout sekitar Oktober 2020. Tapi sekarang, pihaknya belum mengukur jumlah naskes yang mengalami burnout akibat lonjakan kasus virus corona Covid-19 sejak Mei hingga Juni 2021 ini.
"Yang jelas kita berharap mengatasinya dengan mengupayakan fase relaksasi pada tenaga medis dan kesehatan dengan pola shifting dan rolling agar tidak terbebani secara fisik dan mental."
Sementara itu, dr. Eka Mulyana, SpOT – Ketua IDI Jawa Barat justru menyarankan pemberlakukan PSBB atau lockdown di Indonesia untuk mengendalikan lonjakan kasus virus corona Covid-19.
"Kalau melihat kondisi seperti ini, kami mengusulkan lagi pemberlakuan PSBB yang lebih diperketat. Karena, dari indikator sudah jelas harus diberlakukan kembali PSBB jika kita ingin mengakhiri lonjakan," kata dr. Eka.