Kasus Covid-19 Anak Tinggi, Ketua IDAI Titip Pesan Ini Untuk Remaja

Kamis, 24 Juni 2021 | 18:25 WIB
Kasus Covid-19 Anak Tinggi, Ketua IDAI Titip Pesan Ini Untuk Remaja
Ilustrasi virus corona Covid-19, anak-anak Covid-19 (Pixabay/educadormarcossv)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kasus Covid-19 pada anak terus menjadi sorotan seiring makin bertambahnya jumlah yang terinfeksi. Ketua ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Aman Pulungan, Sp. A., mengatakan, saat ini jumlah kasus Covid-19 pada anak sudah lebih dari 200 ribu. 

Sementara angka kematian pada anak didominasi oleh usia balita hingga 50 persen, 30 persen lainnya merupakan remaja. Dalam webinar bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga Forum Anak, dokter Aman meminta agar remaja bisa menjadi agen perubahan bagi sesamanya. 

"Percayalah pandemi ini ada dan kalaupun kalian sakit, kalian bukan main-main ataupun superhero. Bisa sakit dan bisa meninggal," kata dokter Aman dihadapan virtual para anggota Forum Anak, Kamis (24/6/2021).

Ilustrasi anak pakai masker. (Shutterstock)
Ilustrasi anak pakai masker. (Shutterstock)

Bukan hanya perlu berkontribusi terhadap teman sebaya, dokter Aman mengingatkan bahwa dengan taat protokol kesehatan remaja juga bisa melindungi keluarganya di rumah.

Baca Juga: PPKM Mikro Kembali Berlaku di Batam, Restoran dan Mall Buka Sampai Jam 8 Malam

Terlebih data IDAI menunjukan bahwa 66 persen keluarga di Indonesia tinggal bersama balita dan lansia, kelompok yang paling rentan terinfeksi Covid dan meninggal.

"Jadi yang paling banyak meninggal balita dan lansia. Bagaimana kalau remaja keluar rumah tidak taat protokol, akhirnya remaja sendiri sakit dan menularkan," tegas dokter Aman.

Selain taat protokol kesehatan, dokter Aman juga meminta remaja bisa jadi pelopor untuk mau testing dan tracing jika mengalami gejala atau sempat bertemu langsung dengan pasien Covid-19. Menurut dokter Aman, salah satu tingginya angka pasien Covid-19 yang meninggal akibat telatnya dilakukan testing dan kurangnya tindakan tracing. 

"Kalau kalian ada gejala, harus berani ditesting. Jadilah agent of change, kasih tahu ke teman-teman, kalau ada teman yang tidak mau memakai masker, tidak mau jaga jarak, tidak mau cuci tangan, dan tidak mau diswab," tuturnya.

Perasaan bosan terus di rumah selama 1,5 tahun pandemi, menurut dokter Aman tidak sebanding dengan isolasi mandiri di rumah sakit yang harus dihadapi pasien Covid-19. Terlebih jika mengalami gejala buruk dan harus menggunakan oksigen.

Baca Juga: Covid-19 di Cilegon Makin Menggila! Ruang Perawatan Penuh, Pasien Dikirim ke Jakarta

"Di rumah kita bisa bernapas, dibanding setengah hari atau satu hari pakai oksigen atau dalam ICU diisolasi, ayah bunda tidak bisa menemani," pesan dokter Aman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI