Studi Oxford: Vaksin AstraZeneca dan Pfizer Efektif Lawan Varian Delta Virus Corona

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 23 Juni 2021 | 19:55 WIB
Studi Oxford: Vaksin AstraZeneca dan Pfizer Efektif Lawan Varian Delta Virus Corona
Dokter menunjukan vaksin COVID-19 Astra Zeneca dosis pertama di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta, Selasa (8/6/2021). [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian terbaru mengungkap kemanjuran vaksin AstraZeneca dan vaksin Pfizer terhadap varian Delta virus Corona yang mengancam dunia.

Dilansir ANTARA, penelitian dari Universitas Oxford yang diterbitkan di jurnal Cell menyebut, kedua vaksin efektif memberi perlindungan terhadap varian Delta dan Kappa yang pertama kali ditemukan di India.

Penelitian tersebut menyelidiki kemampuan antibodi dalam darah dari orang-orang yang divaksinasi dengan rejimen dua suntikan, untuk menetralkan varian Delta dan Kappa yang sangat menular, menurut sebuah pernyataan.

"Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa generasi vaksin saat ini akan memberikan perlindungan terhadap garis keturunan B.1.617," tulis peneliti.

Baca Juga: Varian Delta Mengancam, Ini 5 Resep Minuman Alami untuk Tingkatkan Kekebalan Tubuh

Namun, konsentrasi antibodi penetralisir dalam darah agak berkurang, yang dapat menyebabkan beberapa infeksi terobosan, mereka memperingatkan.

Pekan lalu, analisis oleh Public Health England (PHE) menunjukkan bahwa vaksin yang dibuat oleh Pfizer Inc dan AstraZeneca menawarkan perlindungan tinggi lebih dari 90 persen terhadap pasien rawat inap dari varian Delta.

"Kami didorong untuk melihat hasil non klinis yang diterbitkan dari Oxford dan data ini, di samping analisis awal dunia nyata baru-baru ini dari Public Health England, memberi kami indikasi positif bahwa vaksin kami dapat memiliki dampak signifikan terhadap varian Delta," kata Eksekutif AstraZeneca Mene Pangalos dalam sebuah pernyataan terpisah.

Varian Delta menjadi versi penyakit yang dominan secara global, kata kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia pada Jumat (18/6).

Para peneliti Oxford juga menganalisis pola infeksi ulang pada orang yang sebelumnya memiliki COVID-19. Risiko infeksi ulang dengan varian Delta muncul sangat tinggi pada individu yang sebelumnya terinfeksi oleh garis keturunan Beta dan Gamma yang masing-masing muncul di Afrika Selatan dan Brazil.

Baca Juga: Tiga Fakta Virus Corona Varian Delta Plus, Diwaspadai jadi Picu Gelombang Ketiga di India

Sebaliknya, infeksi sebelumnya dengan varian Alpha, atau B117, yang pertama kali terdeteksi di Inggris, memberikan perlindungan silang yang "masuk akal" terhadap semua varian yang menjadi perhatian.

“B117 mungkin menjadi kandidat vaksin varian baru untuk memberikan perlindungan seluas-luasnya,” kata para peneliti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI