Suara.com - Perempuan yang menderita migrain mungkin lebih rentan terhadap komplikasi kehamilan. Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang dipresentasikan pada European Academy of Neurology's Virtual Meeting.
"Studi kami menegaskan bahwa perempuan yang menderita migrain berada pada risiko yang lebih besar dari sejumlah komplikasi medis dan kebidanan. Karena itu, kami merekomendasikan untuk memasukkan mereka dalam kelompok kehamilan berisiko tinggi," kata penulis studi Dr. Nirit Lev, seorang peneliti senior dan ahli saraf dari Pusat Medis Rabin di Israel seperti yang dikutip dari US News.
Lev dan timnya menganalisis kehamilan lebih dari 145.000 perempuan antara 2014 hingga 2020. Mereka melihat jenis proses kelahiran, komplikasi medis dan kehamilan di setiap trimester serta penggunaan obat-obatan sepanjang kehamilan.
Lebih dari 12.000 perempuan dalam penelitian ini mengalami migrain dan hampir 1.600 memiliki migrain dengan Aura.
Baca Juga: Postif Hamil, ini Pertanyaan yang Sering Ditanyakan oleh Tenaga Kesehatan
Melansir dari US News, perempuan dengan migrain memiliki risiko komplikasi kehamilan dan postpartum yang lebih tinggi. Tingkat penerimaan ke departemen rumah sakit berisiko tinggi adalah 6 persen di antara mereka yang tanpa migrain, 6,9 persen di antara mereka yang memiliki migrain tanpa aura, dan 8,7 persen di antara mereka yang memiliki migrain dengan Aura.
Perempuan dengan migrain memiliki risiko lebih tinggi mengalami diabetes gestasional, hiperlipidemia dan gumpalan darah. Selama persalinan, perempuan dengan migrain memiliki tingkat anestesi epidural yang lebih tinggi.
"Penderita migrain juga ditemukan memiliki risiko lebih besar terkena depresi selama kehamilan mereka dan setelah melahirkan," kata Lev.
"Akibatnya, mereka juga harus ditawari konsultasi neurologis selama kehamilan dan dukungan tindak lanjut yang memadai setelah melahirkan," imbuhnya.
Baca Juga: Sudah 2 Pekan, Pembunuh Wanita Hamil Terkubur di Rumah Belum Ditangkap