Suara.com - Vaksin AstraZeneca dinyatakan efektif terhadap virus corona varian Delta yang sangat mudah menular. Seperti diketahui varian yang pertama kali ditemukan di India itu kini diduga jadi sebab lonjakan kasus di berbagai negara termasuk Indonesia.
Kemanjuran obat terhadap Kappa, varian lain yang ditemukan di India, juga telah terbukti, kata pejabat itu.
Sebuah studi oleh Universitas Oxford menyelidiki kemampuan antibodi monoklonal di Sera dari orang yang pulih dan dari orang yang divaksinasi untuk menetralkan varian Delta dan Kappa, kata sebuah pernyataan dari perusahaan itu.
Pembuat obat di seluruh dunia bergegas untuk menguji kemanjuran obat terhadap varian yang muncul dari Covid-19 yang terbukti lebih mematikan daripada jenis virus pertama yang ditemukan telah menginfeksi manusia.
Baca Juga: Mengendap di Gudang Farmasi, Ribuan Vaksin AstraZeneca di Gunungkidul Nyaris Kedaluwarsa
Analisis oleh Public Health England (PHE) menunjukkan bahwa vaksin yang dibuat oleh Pfizer Inc dan AstraZeneca menawarkan perlindungan tinggi lebih dari 90 persen terhadap rawat inap dari varian Delta.
Hasil studi Oxford terbaru dibangun berdasarkan analisis terbaru oleh PHE, kata perusahaan itu.
Varian Delta menjadi versi penyakit yang dominan secara global, kata kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Jumat.
Universitas Oxford mengeksplorasi obat anti-parasit ivermectin sebagai pengobatan Covid-19
Seorang ahli epidemiologi Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Senin menunjukkan bagaimana vaksin Covid-19 menunjukkan tanda-tanda kemanjuran yang berkurang terhadap varian Delta dari varian virus corona. Namun, vaksin masih terbukti efektif dalam mencegah penyakit parah dan kematian.
Baca Juga: Bukan Cuma Varian Delta, Perilaku Manusia Juga Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19
Pejabat WHO menambahkan bahwa di masa depan, mungkin ada "konstelasi mutasi" yang berarti vaksin cenderung kehilangan potensinya untuk melawan virus corona.
Varian Delta plus telah terbentuk karena mutasi pada varian Delta atau B.1.617.2, pertama kali diidentifikasi di India dan dianggap sebagai salah satu penggerak gelombang kedua di negara tersebut dan juga di beberapa negara lain termasuk Inggris.
Varian virus yang sangat menular ini terdaftar sebagai varian keempat yang menjadi perhatian WHO. Varian, paling lambat Senin, menimbulkan ancaman bagi Inggris di mana kasus harian telah melonjak hingga lebih dari 10.000 lagi.