Selain Anak-Anak, Orang Dewasa Juga Berisiko Idap Sindrom Langka Terkait Covid-19

Selasa, 22 Juni 2021 | 13:59 WIB
Selain Anak-Anak, Orang Dewasa Juga Berisiko Idap Sindrom Langka Terkait Covid-19
Ilustrasi virus Corona Covid-19, sindrom inflamasi langka. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat ini, penelitian tentang penyebab spesifik sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C) sedang berlangsung. Tapi, sebuah laporan baru menunjukkan bahwa kondisi serupa mungkin juga terjadi pada orang dewasa yang terpapar virus corona Covid-19.

Dalam laporan kasus yang dipublikasikan di Canadian Medical Association Journal melibatkan seorang pria Kanada berusia 60 tahun, dokter menyarankan bahwa usia tidak boleh membatasi diagnosis potensial.

Pria itu mencari perawatan medis di rumah sakit, karena sesak napas berkepanjangan, demam tinggi, bengkak, dan kelelahan parah.

Pria itu juga memiliki riwayat medis termasuk positif virus corona Covid-19 selama 4 minggu sebelum mengalami gejala baru dan pengujian selanjutnya mendeteksi pembesaran jantung dan pembengkakan paru-paru.

Baca Juga: Social Distancing Pada Masa Pandemi Covid-19, Efektifkah?

Di samping itu, pria ini juga belum menerima suntikan vaksin Covid-19 dua kali dan tidak memiliki penyakit penyerta sebelumnya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), MIS-C menyebabkan bagian tubuh yang berbeda menjadi meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata atau organ pencernaan.

Ilustrasi virus corona Covid-19, sindrom inflamasi langka (Pixabay/Coyot)
Ilustrasi virus corona Covid-19, sindrom inflamasi langka (Pixabay/Coyot)

Badan tersebut juga telah mencatat beberapa laporan tentang sindrom inflamasi multisistem serupa pada orang dewasa (MIS-A).

Penulis laporan kasus ini juga sempat berpendapat bahwa kondisi pria ini bisa disebut sebagai MIS-A. Apalagi gejala yang dialami pria ini sesuai gejala MIS-A yang dikatakan oleh CDC.

"Mengingat riwayat infeksi SARS-CoV-2 pada pasien, demam tanpa gejala lokal, perubahan mukosa mulut, limfadenopati serviks, konjungtivitis dan perubahan ekstremitas bawah, maka kami menduga itu sindrom inflamasi pasca-Covid-19," kata Drs. Genevieve Kerkerian dan Stephen Vaughan, spesialis penyakit menular di departemen kedokteran di Cumming School of Medicine, University of Calgary dikutip dari Fox News.

Baca Juga: Studi: Infeksi Covid-19 Ditemukan Bisa Timbulkan Kerusakan Otak

Apalagi, gejalanya mirip dengan anak-anak dan remaja yang terinfeksi virus corona Covid-19 dan mengalami komplikasi sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C).

Saat ini, pengobatan medis standar untuk MIS-A belum ditetapkan. Tetapi, pria itu diobati dengan asam asetilsalisilat, metilprednisolon, serta imunoglobulin intravena.

Gejalanya pun terlihat mulai membaik secara substansial dan ia juga diizinkan pulang setelah 5 hari menjalani perawatan di rumah sakit. Pada tingkat lanjut selama 2 minggu, para dokter melihat adanya peningkatan kesehatan pasien dan begitu pula setelah 6 minggu.

Pada Oktober 2020, CDC menerbitkan ulasan dari 27 kasus sindrom inflamasi multisistem pada orang dewasa. CDC mengatakan semua kasus sindrom inflamasi multisistem itu menyerang pasien dewasa yang usianya lebih muda dari 50 tahun.

"Kami terus mempelajari mengenai hal ini dan batasan usia tidak bisa diasumsikan ketika mempertimbangkan diagnosis," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI