Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa virus corona varian Delta, adalah varian virus corona "tercepat dan terkuat". Seperti diketahui, varian Covid-19 ini pertama kali ditemukan di India.
Dilansir dari The Independent, Dr Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO, mengatakan bahwa tidak ada varian yang benar-benar menemukan kombinasi penularan dan kematian.
"Tetapi varian delta adalah yang paling mampu dan tercepat dan terkuat dari virus-virus itu," kata dia.
Dia juga mengatakan bahwa varian Delta akan memilih yang lebih rentan lebih efisien daripada varian sebelumnya.
Baca Juga: COVID-19 Menggila, Mantu Jokowi Tetap Buka Sekolah di Medan, Padahal Kata KPAI Bahaya
“Jika ada orang yang rentan dibiarkan tanpa vaksinasi, mereka tetap berada pada risiko lebih lanjut,” katanya.
Delta dinyatakan sebagai varian yang mengkhawatirkan oleh badan kesehatan PBB bulan lalu.
WHO telah mengatakan pekan lalu bahwa Delta yang "sangat menular" sedang dalam perjalanan untuk menjadi varian dominan secara global. Hingga saat ini sudah menyebar ke 92 negara.
Dr Ryan mengatakan semua varian memang sangat mematikan dalam hal mereka sendiri. Tetapi Delta memiliki potensi "menjadi lebih mematikan karena lebih efisien dalam cara menularkan antar manusia dan pada akhirnya akan menemukan individu yang rentan yang akan menjadi sakit parah, harus dirawat di rumah sakit dan berpotensi mati.”
WHO telah mendesak negara-negara kaya untuk menyumbangkan suntikan Covid-19 ke skema pembagian vaksin COVAX yang telah berjuang dengan kekurangan dosis.
Baca Juga: Syarat dan Link Pendaftaran Vaksinasi COVID-19 di RSHS Bandung
Seperti diketahui, Varian baru Covid-19 sudah masuk ke Indonesia. Beberapa varian baru Covid-19 yang ada di tanah air seperti varian Delta, apfa dan beta.
Dari kasus varian baru Covid-19 yang ditemukan di Indonesia, varian delta mendominasi. Varian delta ini disebut lebih ganas dari virus pendahulunya.
Guru Besar Paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan enam karakter terkait varian B1617.2 (Delta) di Indonesia.
"Data Kementerian Kesehatan sampai 13 Juni 2021 menunjukkan sudah ada 107 varian Delta di negara kita, sementara varian Alfa ada 36 dan varian Beta ada lima kasus. Jadi memang varian Delta mendominasi di negara kita," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (17/6/2021) dilansir dari ANTARA.
Berdasarkan data laporan dari “World Health Organization (WHO)”, kata Tjandra, terdapat enam aspek tentang karakteristik varian Delta.
Aspek pertama, kata Tjandra, varian Delta memang terbukti meningkatkan penularan. Di Inggris dilaporkan ada 42.323 kasus varian Delta, naik 70 persen atau setara 29.892 dari pekan sebelumnya. "Angka itu terjadi hanya dalam waktu satu pekan saja," katanya.
Menurut Tjandra, Otoritas Kesehatan Masyarakat di Inggris (PHE) juga melaporkan bahwa varian Delta ternyata 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alfa. "Juga waktu penggandaannya atau 'doubling time' berkisar antara 4,5 sampai 11,5 hari," ujarnya.